JAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang di Pasar Tanah Abang mengeluhkan turunnya pendapatan karena pembeli di pusat grosir itu mulai sepi.
Unge, penjual batik dan kebaya di Pasar Blok B Tanah Abang, berharap kondisi tersebut tak berlarut-larut untum waktu yang panjang.
Ia mengaku omzetnya sudah turun lebih dari 50 persen jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19.
Baca juga: Kenang Masa Kejayaan di Pasar Tanah Abang, Pedagang: Dulu Omzet Rp 30 Juta Per Toko, Sekarang...
"Mudah-mudahan habis tahun ini (tahun 2023) mulai ramai lagi pengunjung (Pasar Tanah Abang)," ujar Unge saat ditemui di Blok B Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (27/10/2022).
Alasannya berharap di awal tahun 2023 bukan tanpa sebab.
Biasanya, jauh hari sebelum bulan Ramadhan, tokonya kebanjiran pesanan dari luar Jakarta.
"Soalnya mayoritas (pembeli) di Pasar Tanah Abang itu yang ramai tiga bulan menjelang puasa, Insya Allah mulai ramai lagi," ucap Unge.
"Soalnya orang-orang daerah belanja buat Lebaran jauh-jauh hari, soalnya kalau ambil contoh kirim barang keluar misal Papua atau Kalimantan bisa setengah bulan waktu pengirimannya," sambung dia.
Baca juga: Pasar Tanah Abang Sepi Pengunjung, Pedagang Beralih Jualan Online
Unge berujar, sebelum pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, pendapatannya bisa mencapai puluhan juta dari satu toko saja.
"Waktu jaya-jayanya sebelum Covid-19, biasanya kalau normal Rp 20 sampai 30 juta untuk satu toko," ungkap dia.
Unge memiliki tujuh toko di Blok B Pasar Tanah Abang. Ia telah berjualan di sana kurang lebih sekitar 20 tahunan.
"Itu satu toko, bayangkan saja kalau tujuh toko," ungkap dia.
Namun, kondisi sangat jauh berbeda dengan saat ini. Omzet penjualannya turun drastis selama pandemi Covid-19.
Baca juga: Sepinya Pasar Tanah Abang, Pandemi Melandai tapi Omzet Pedagang Belum Meroket
Menurut Unge, penurunan omzet itu bahkan melebihi angka 50 persen jika dibandingkan pada masa kejayaannya.
"Kalau sekarang per bulan aja bisa Rp 7.000.000 sampai Rp 8.000.000 per bulan untuk satu tokonya," kata dia.