Di sisi lain, sebenarnya terdapat pabrik masker lama. Pabrik lama itu berada persis di sebelah bangunan yang disegel. Tapi, pabrik lama sudah memiliki izin operasi.
Sapta berharap, pemilik pabrik segera mengurus izin bangunan baru terlebih dahulu sebelum beroperasi. Ia juga berharap penyegelan kali ini adalah penyegelan yang terakhir kalinya dilakukan.
"Semoga hari ini merupakan penyegelan yang terakhir," ujar Sapta.
Kompas.com berupaya mengakses pemilik pabrik untuk mengonfirmasi penyegelan itu, namun hingga Rabu ini, belum ada keterangan resmi.
Meski demikian, petugas keamanan pabrik bernama Sopa Marwah mengatakan, bangunan pabrik yang disegel memang masih dalam tahap pembangunan. Izin pun sedang dalam proses.
"Sebenarnya atasan saya yang tahu, tapi memang sudah berjalan perizinannya. Ini sudah disampaikan juga ke Satpol PP," ujar Sopa.
Suara bising yang ditimbulkan pun wajar terjadi. Pasalnya, bangunan itu memang dalam proses pengerjaan.
Oleh sebab itu, Sopa menilai penyegelan itu agak janggal. Semestinya, penyegelan dilakukan pada pabrik yang belum punya izin, bukan pabrik yang sedang memproses izin.
Apalagi, pabrik masker baru ini belum beroperasi sama sekali. Yang tersedia di sana hanyalah alat-alat yang digunakan pekerja bangunan seperti gergaji, martil, mesin bor, dan alat potong besi yang kemudian dibawa oleh Satpol PP saat penyegelan.
Sopa sendiri mendengar bahwa alasan penyegelan selain belum mengantongi izin dan menimbulkan kebisingan adalah soal limbah yang mengganggu warga sekitar.
Ia cukup heran dengan alasan ini. Sebab, limbah dari pabrik masker tidak mencemari saluran air.
"Kan enggak ada limbah, sampahnya kering semua," ujar Sopa.
Ia pun menduga ada pihak-pihak yang tidak senang dengan keberadaan pabrik masker tersebut. Padahal, saat ini masih dalam masa pandemi di mana masker masih sangat dibutuhkan masyarakat.
"Pertanyaan saya kenapa harus bangunan ini yang (produknya: masker) notabene dibutuhkan masyarakat. Enggak ada keadilan. Masih bisa dibicarain baik-baik. Kalau perizinan kan masih proses," kata Sopa.
"Menurut saya, ada warga usil yang laporan. Warga kanan kiri awal-awalnya memang protes, katanya kotor, tapi kita ada evaluasi betulin bocorannya, kita rapihin lagi, kita cek lagi. Sudah mediasi sama RT/RW-nya," lanjut dia.