JAKARTA, KOMPAS.com - Warga di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda Cilincing, Jakarta Utara terus mengalami pencemaran debu batu bara.
Debu batu bara itu memang sempat hilang, namun belakangan muncul lagi dan sumbernya belum diketahui.
Berdasarkan penuturan Pengurus Forum Masyarakat Rusunawa Marunda (FMRM), Cecep Supriadi, Maret hingga Juni 2022 menjadi bulan terparah bagi warga yang terdampak.
Sebab, cemaran debu batu bara menyebabkan gangguan kesehatan termasuk infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA.
"Banyak warga yang terkena batuk-batuk, radang tenggorokan, ISPA, gatal-gatal, dan sakit mata," ujar Cecep saat dihubungi, Senin (14/11/2022).
"Belum lagi, selasar-selasar di hunian rumah warga jadi kotor hitam pekat," lanjutnya lagi.
Baca juga: Berulangnya Pencemaran akibat Debu Batu Bara di Marunda, Anak Saya Batuk sampai Sesak Napas...
Cecep mengaku, sejak munculnya debu batu bara, banyak warga yang mengeluh terganggu.
Bahkan, pedagang makanan kala itu enggan untuk menjajakan dagangannya lantaran intensitas sebaran debu yang tinggi.
Debu batu bara, kata dia, sempat berhenti sejak Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mencabut izin PT Karya Citra Nusantara (KCN).
Namun debu hitam itu kembali mengotori rumah warga di Rusunawa Marunda, sejak Kamis (10/11/2022).
Cecep sendiri belum mengetahui dari mana asal debu yang kembali muncul. Sehingga pihaknya mendesak pemerintah untuk segera menginvestigasi cemaran tersebut.
"Kami masyarakat Rusun Marunda meminta kepada Pak Gurbernur untuk segera membuat tim investigasi ke wilayah tersebut, untuk mencari tahu pencemaran ini berasal. Dan hasil dari investigasinya agar segera diumumkan kepada awak media," tegas Cecep.
Baca juga: DLH DKI Pastikan Debu Batu Bara yang Cemari Rusun Marunda Bukan dari PT KCN
Sebelumnya diberitakan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta Asep Kuswanto memastikan, debu batu bara yang mencemari Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, belakangan ini bukan dari PT Karya Citra Nusantara (KCN).
"Di sekitar Marunda masih banyak sekali industri yang menggunakan batu bara, baik sebagai bahan bakar maupun bongkar muatnya, sehingga kalau dari KCN sendiri bisa kami pastikan di sana tidak ada bongkar muat lagi," ujar Asep di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (10/11/2022).
Asep menuturkan, Dinas LH DKI sedang berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menelusuri sumber pencemaran di wilayah Marunda.
"Sedang kami coba koordinasikan dengan KLHK terkait sumber pencemar lainnya," tutur Asep.
"Saya juga sudah menugaskan tim sebagai tindak lanjut akibat sanksi KCN, untuk dapat melihat, memantau, pabrik-pabrik dan industri mana lagi yang masih mencemari," kata dia.
Baca juga: Kadis LH DKI: Pelan-pelan, Industri yang Gunakan Batu Bara Akan Kami Hilangkan
Asep menambahkan bahwa Dinas LH DKI juga telah memasang alat pemantau kualitas udara di sekitar Marunda.
"Saat ini memang kami sedang melakukan evaluasi terhadap kondisi cuaca dan pencemaran di Marunda. Ini kami sedang menempatkan stasiun pemantauan kualitas udara di sana," ucap Asep.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.