Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Menara Syahbandar, Menara Miring yang Pernah Jadi Pintu Masuk Jakarta

Kompas.com - 17/11/2022, 04:45 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Dulu, sebelum dipindah ke Monumen Nasional (Monas), menara setinggi 18 meter di Pelabuhan Sunda Kelapa pernah menjadi titik nol Kota Jakarta.

Menara ini bernama Menara Syahbandar, yang sejak ratusan tahun lalu hingga saat ini masih berdiri kokoh di tempat yang sama.

Di masa sekarang, alamat Menara Syahbandar terletak di Jalan Pasar Ikan Nomor 1, Penjaringan, Jakarta Utara.

Menara Syahbandar pernah menjadi bangunan penting pada masa lalu. Tingginya yang mencapai 18 meter sempat menjadikannya bangunan tertinggi di Batavia.

Baca juga: Berkunjung ke Menara Syahbandar, Si Menara Pemantau Kapal Zaman Kolonial

Keberadaannya Menara Syahbandar pun sangat menentukan keluar masuk kapal di gerbang Kota Batavia.

Selain menara yang memiliki dimensi panjang 10 meter dan lebar 5 meter ini, ada bangunan lain di sekitarnya, yakni kantor kepabeanan, gudang navigasi, dan kantor perdagangan. Bangunan-bangunan ini masih berdiri hingga kini.

Sejarah Menara Syahbandar

Menara itu berdiri di bekas Bastion (benteng) Culemborg, benteng yang dibangun Gubernur Jenderal Antolo van Dieman, seiring pembangunan tembok kota Batavia sekitar tahun 1645. Nama Culemborg merujuk tempat kelahiran Dieman.

Pada zaman VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) pada 1619-1799, sebagaimana ditulis dalam Ensiklopedi Jakarta, sekelompok kecil tentara ditempatkan di pos ini untuk mengawasi pintu masuk kota dari laut (Staad-Waterpoort).

Baca juga: Restorasi Menara Syahbandar Ditargetkan Selesai pada November 2016

Kepada Kompas.com, pemandu perjalanan Komunitas Jelajah Budaya di kawasan Kota Tua Jakarta, Maruri, menyebutkan awalnya Menara Syahbandar adalah bagian dari Benteng Culemborg yang dihancurkan oleh Gubernur Jenderal Daendels pada tahun 1808.

Benteng Culemborg dihancurkan pada saat perang melawan pasukan Jayakarta. Menara pengawas itu persis dalam lingkungan benteng tersebut.

Kemudian pada tahun 1838, didirikan Menara Syahbandar sebagai fungsi menara pemantau, atau dalam Bahasa Belanda disebut De Uitkjik Post, sekaligus kantor pabean (pajak ekspor-impor).

Menara miring

Menara Syahbandar terongrong penurunan muka tanah dan getaran lalu lintas kendaraan berat di Jalan Pakin. Kondisi ini membuat Menara Syahbandar terlihat mirik bak Menara Pisa di Italia.

Baca juga: Sering Dilewati Truk Besar, Menara Syahbandar Dikhawatirkan Semakin Miring

Berdasarkan arsip harian Kompas, hasil penelitian struktur bangunan oleh pengelola Museum Bahari-Menara Syahbandar yang bekerja sama dengan CV Lenggo Geni pada 2002, menunjukkan, menara ini miring 2,5 derajat ke arah selatan.

Untungnya bangunan Menara Syahbandar sendiri cukup terawat dengan tangga kayu jati yang kokoh serta cat yang baru. Bagian luar dan dalamnya pun bersih.Kayu-kayu jati penyusun tangga, lantai tiga, dan titik pantau masih tampak kokoh.

Lewat jendela-jendela pantau, pengunjung bisa memandang deretan perahu di Pelabuhan Sunda Kelapa dan Museum Bahari di utara, Kafe VOC Galangan di selatan yang dulunya galangan kapal VOC, serta pemandangan Jalan Pakin di barat dan Jalan Krapu di timur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com