Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Bilang Tak Mungkin Menyetop Jakarta Tenggelam, yang Bisa Dilakukan Hanya Menundanya

Kompas.com - 30/11/2022, 09:15 WIB
Zintan Prihatini,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eddy Hermawan, memberikan catatan penting kepada pemerintah soal isu Jakarta tenggelam.

Eddy menyebut, proses tenggelamnya Jakarta secara perlahan-lahan memang tak bisa dihentikan. 

Ia menyebut bahwa yang bisa dilakukan ialah menunda proses tenggelamnya Jakarta.

Salah satu caranya, yakni dengan mengawasi pemakaian air tanah yang menyebabkan penurunan muka tanah atau land subsidence.

Pasalnya, penggunaan air tanah secara tidak terkontrol menjadi penyebab utama yang berpotensi menenggelamkan Jakarta.

"Tetap saya sependapat bahwa untuk mencoba menyetop (tenggelamnya Jakarta) sih enggak mungkin, tapi (bisa ditunda dengan) memperketat pemakaian air tanah," ungkap Eddy saat dihubungi Kompas.com, Selasa (29/11/2022).

"Jadi harus diawasi benar-benar harus ada pemantauan, monitoring atau tindakan tegas kepada mereka yang tidak patuh," lanjutnya.

Baca juga: Menengok Utara Jakarta yang Akan Tenggelam jika Tak Ada Tanggul

Selain itu, Eddy berpandangan, mengantisipasi tenggelamnya Ibu Kota tak bisa dilakukan sendiri.

Artinya, peran masyarakat terkait permasalahan ini dibutuhkan agar jangan sampai hanya segelintir orang yang peduli soal isu Jakarta tenggelam.

"Bagi masyarakat yang memang sudah mulai merasakan dampaknya, tidak panik, tetapi juga pemerintah jangan no action tindakan juga harus cepat dengan cara mengurangi (pemakaian) air tanah," kata Eddy.

Adapun bagian utara Jakarta menjadi wilayah yang paling terancam bila Jakarta tenggelam.

Maka dari itu, Eddy mencatat bahwa pemerintah perlu mengantisipasi saat terjadi banjir pesisir atau rob yang besar. Sebab, rob adalah salah satu ancaman bagi pesisir Jakarta.

"Yang ketiga adalah memang tidak bisa kita hindari bahwa Jakarta menjadi kawasan empuk bagi hadirnya awan-awan besar dari Asia," tuturnya.

Baca juga: Utara Jakarta Paling Terancam jika Ibu Kota Tenggelam, Kok Bisa?

Eddy mencontohkan, banjir bandang yang terjadi di awal 2020 lalu, disebabkan karena intensitas hujan tinggi dalam waktu singkat.

Kondisi ini, lanjut dia, merupakan tanda pemanasan global atau global warming.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com