"Kan enggak langsung transfer. Orang pada suka PHP. Saya pikir, 'Enggak beres nih kalau begini saja, anak gue mau makan apa? Hidup mesti berjalan'," tutur Fitri.
Tak patah arang, Fitri mencari peruntungan dengan berjualan kembang di depan rumahnya untuk para pelayat atau peziarah TPU Rorotan. Usaha kecil-kecilan ini dia rintis pada Agustus 2021.
Kata Fitri, tidak masalah tabungan Rp 1.000.000 dipakai untuk modal. Menurut dia, upaya bertahan hidup di tengah gempuran wabah virus corona tetap harus berjalan.
"Saat itu, intinya, buat memenuhi kebutuhan sehari-hari saja dulu. Ketimbang harus topang dagu, melihat ambulans lalu-lalang? Mau berharap sama siapa? Ya mending saya coba jual kembang," ungkap Fitri.
Baca juga: Kisah Ojol Bermotor Listrik: Sewa Kendaraan Rp 40.000 per Hari, Penghasilan Tak Menentu
Fitri tidak menyangka bahwa ia bisa cepat balik modal. Pendapatan kotor per hari bisa mencapai Rp 500.000 hingga Rp 600.000 pada saat itu.
Sekarang, Fitri bernapas lega. Ia berhasil melewati masa-masa pandemi Covid-19 dengan berjualan kembang.
Bahkan, Fitri tetap melakoni jual kembang hingga sekarang.
"Pendapatannya lebih banyak inilah (berjualan kembang). (Kini warung kelontong) asal ada saja ini sekarang. Ibaratnya mah memang karena tempatnya sudah di sini, mumpung dekat makam, ya sudah," imbuh Fitri.
Tanpa segan, Fitri pun mengungkapkan pendapatan kotornya yang sekarang.
"Kalau hari biasa mah sedikit, paling Rp 200.000. (Jelang puasa) baru ramai lagi. Bisa Rp 2 juta, atau Rp 1,5 juta satu hari," ucap Fitri.
"(Kemarin Minggu) hampir Rp 3,5 juta. Itukan ramai banget, sampai macet di sini," kata Fitri.
Ya, Fitri bersyukur karena di balik musibah, Tuhan akan memberikan keberkahan untuk orang yang ingin berusaha.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.