Para satpam termasuk dirinya pun terkadang mendapat uang dari warga yang memberikan secara personal.
"Kalau Lebaran, sebagian besar warga juga suka ngasih THR ke satpam," kata Santoso.
Ada duka yang dirasakan Santoso karena harus bekerja saat Lebaran.
Ia menjadi kesepian karena perumahan yang dijaga sepi dan sunyi. Tidak ada kendaraan warga yang berlalu-lalang.
"Biasanya kan hampir setiap detik ada aja yang lewat," terang dia.
Santoso melanjutkan, saat malam tiba, suasana perumahan itu membuatnya merasa seperti menjaga kuburan.
Ia merasa kesepian ketika bekerja saat Lebaran karena sudah mengenal baik para warga setempat.
Walhasil, pertemanan antara Santoso dengan mereka pun terjalin dengan baik. Mereka pun saling bertegur sapa saat berpapasan.
"Yang biasanya saya lewat terus ada orangnya, suka saling sapa. Atau, mereka (bunyikan) klakson motor atau mobil. Sekarang cuma ada rumah kosong. Berasa kayak enggak ada teman," ucap dia.
"Kayak begini memang saya sudah terbiasa karena pekerjaan. Tapi tetap aja kerasa sepinya. Beda sama sepi pas warga lagi pada tidur," sambung Santoso.
Duka lainnya yang ia rasakan adalah melihat orang-orang pulang kampung.
Santoso memang lebih sering mudik saat Tahun Baru Islam. Ia pun memilih masuk saat Lebaran untuk mencari pendapatan tambahan.
Namun, bukan berarti Santoso tidak merindukan keluarganya di Madiun dan ingin mengunjungi mereka saat Lebaran.
"Pas orang-orang pada pulang kampung saat Lebaran, para satpam termasuk saya masih di sini. Di situ sedihnya. Orang-orang pada Lebaran, kami malah kerja," kata dia.
Perantau dari Madiun