Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Korban Kebakaran Muara Angke: Cucu Saya Nangis Bilang "Komputerku untuk Sekolah Terbakar"

Kompas.com - 23/04/2023, 13:51 WIB
Rizky Syahrial,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Parmi (53), salah satu korban kebakaran di Kawasan Tanah Bolong, Muara Angke, Jakarta Utara, sedang tidak berada di rumahnya karena bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) Infal.

Ia pun mendapatkan kabar dari adik sepupunya pada pukul 03.00 WIB saat api masih berkobar menghanguskan rumahnya.

Parmi yang sedang bekerja di kawasan Muara Karang itu langsung bergegas meninggalkan rumah bosnya pada Sabtu (22/4/2023) dini hari.

Parmi berangkat sekitar pukul 03.30 WIB, di mana saat itu semua portal di komplek tersebut masih terkunci.

Baca juga: Cerita Parmi, Rumahya di Muara Angke Habis Terbakar Saat Malam Takbiran, Hanya Tersisa Pakaian di Badan

Sekuriti komplek yang mengetahui kondisi Parmi kemudian membuka portal, bahkan turut mengantar ke rumahnya menggunakan sepeda motor. 

"Saya mau pulang jam 03.30 WIB, karena posisinya pintu di Muara Karang suasana Lebaran kan dikunci semua ya," jelas dia saat ditemui di posko pengungsian, Minggu (23/4/2023).

"Saya bilang ke sekuriti 'Pak tolong bisa dibuka Pak?' Dia jawab 'Ibu mau shalat Id masih kepagian, mau ke mana?'. 'Rumah saya kebakaran Pak'. 'Hah, rumah di mana?' Saya jawab 'di Muara Angke pak'. 'Ayo saya antar'," cerita Parmi.

Sampai di rumahnya, api masih berkobar membuat sekuriti komplek yang mengantarnya ikut terkejut.

"Saat sampai enggak jauh dari lokasi liat api besar banget dia teriak 'masya Allah' kata sekuriti itu," terang Parmi.

Parmi pun akhirnya berkumpul dengan warga yang selamat dari kebakaran, tak jauh dari lokasi rumahnya. Saat sampai, banyak anak-anak tetangganya yang datang mengerubunginya.

Baca juga: Nestapa di Hari Raya, Ratusan Rumah Terbakar di Muara Angke hingga Warga Terpaksa Mengungsi

Anak-anak tetangga tersebut terdiam dan beberapa hanya bisa menangis sambil memeluknya. Melihat hal itu, tangis Parmi dan ibu-ibu lain langsung pecah.

"Saya ke pinggir sini banyak warga, terus ada banyak anak-anak tetangga, dipeluk saya, baru saya nangis, mereka bilang 'nenek rumahnya hangus Nek, hangus Nek'," tutur Parmi seraya mengeluarkan air mata.

"Bahkan anak-anak itu enggak pakai baju saat itu, karena enggak sempat bawa baju, Saya bingung 'lah terus gimana..' Habis ya sudah. Dengan ada anak-anak itu teriak ke kami, air mata kami enggak kuat," sambung dia.

Cucu Parmi juga tak kuat menahan tangis saat melihat kondisi rumahnya yang sudah hangus terbakar.

Cucunya memikirkan nasib komputernya yang ada di dalam rumah. Komputer itu biasa dipakai untuk kebutuhan sekolah.

Baca juga: Kondisi Terkini Kebakaran Muara Angke: Banyak Warga Bersihkan Sisa Puing Rumah

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Susul PKS dan Golkar, Partai Nasdem Gabung Koalisi Usung Imam-Ririn di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Masih Ada 7 Anak Pasien DBD yang Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Viral Video Sekelompok Orang yang Diduga Gangster Serang Warga Bogor

Megapolitan
PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com