Otoritas lalu lintas dapat juga mengirimkan pesan tertulis singkat (SMS) secara berkala, dan mengunggah video ke media sosial (Tiktok, Instagram, Facebook, dan sebagainya) tentang adab berlalu-lintas yang benar.
Orangtua perlu mengingatkan dan mengajari anak-anaknya tentang peraturan dan etika berlalu lintas, secara verbal maupun dengan contoh konkret saat berkendara.
Ketidakmampuan mengendalikan emosi saat berkendara agaknya merupakan penyebab utama terjadinya perselisihan antara sesama pengendara.
Kepadatan jalan, adanya berbagai jenis kendaraan, perilaku berkendara ugal-ugalan, memang dapat menyebabkan kejengkelan, kekesalan atau kemarahan yang memicu perselisihan di jalan.
Maka kemampuan untuk mengendalikan emosi sangat penting guna mencegah terjadinya perselisihan di jalan.
Benar kata orang bijak, kita perlu menganggap pengguna jalan lain berada dalam “kondisi darurat”, seperti istrinya akan melahirkan, baru di-PHK, sedang diare, atau dikejar penagih utang, dsb.
Dengan begitu, maka emosi untuk marah akan turun, dan hati menjadi dingin dalam menghadapi masalah yang terjadi.
Selain itu, memanjatkan doa sebelum bepergian seperti yang diajarkan oleh guru agama, ustad/rohaniwan, atau orangtua perlu dibiasakan untuk ketenangan hati dan kejernihan pikiran selama di jalan.
Secara umum, bersikap sabar dalam menghadapi berbagai keadaan perlu ditanamkan di dalam hati dalam menyikapi keadaan yang tidak diinginkan.
Otoritas transportasi kota, akademisi dan tokoh masyarakat perlu mencari kiat-kiat untuk mencegah perselisihan di jalan.
Misalnya, menyebarkan pemahaman bahwa pelanggaran aturan lalu lintas adalah perbuatan tercela, dan pelakunya dianggap sebagai orang yang tidak bermoral layaknya seorang pencuri.
Selanjutnya yang sangat penting untuk mencegah perselisihan di jalan, adalah memastikan keberadaan polisi yang sigap mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) begitu ada informasi dari masyarakat bahwa ada perselisihan panas antara pengguna jalan.
Kemudian jika tidak tercapai perdamaian di lokasi, dapat dilanjutkan dengan proses pengadilan untuk menentukan siapa yang salah secara obyektif.
Pengadilan yang berwibawa, dengan menjatuhkan hukuman yang membuat jera, akan menyebabkan para pengguna jalan untuk berhati-hati dan tidak memicu perselisihan atau melakukan penghakiman secara sepihak.
Perlu ditanamkan pada benak setiap orang bahwa mencari kompromi lebih baik daripada mencaci maki, berkelahi atau membalas dengan merusak kendaraan orang lain.
Setiap orang tentu berharap agar saat melakukan perjalanan, ia dapat pulang ke rumah dengan selamat, tidak dalam keadaan terluka apalagi menjadi mayat. Demikian juga harapan keluarganya.
Maka berusaha untuk mengemudikan kendaraan dengan hati-hati, menaati peraturan lalu lintas, dan menjaga emosi agar tidak terpancing oleh perilaku orang lain adalah kunci untuk keselamatan di jalan.
Semoga tidak ada lagi kasus-kasus lain seperti yang terjadi di Cakung, Jakarta Timur itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.