Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuasa Hukum Korban Sebut Pemuka Agama di Cirebon yang Diduga Berbuat Cabul Belum Diperiksa Sekali Pun

Kompas.com - 11/07/2023, 15:07 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang pemuka agama berinisial NSA (51) diduga mencabuli anak tirinya, NMB (10), selama tiga tahun terakhir.

Istri pelaku sekaligus ibu kandung dari NMB, Hani (30), mengatakan, kasus ini sudah dilaporkan ke pihak yang berwenang lebih dari satu bulan lalu.

Namun, kasus dengan nomor polisi LP/B/290/VI/2023/Polres Cirebon Kota/Polda Jabar tertanggal 22 Mei 2023 itu cenderung jalan di tempat.

"Saya sudah membuat laporan soal kasus ini, tapi hampir dua bulan tidak ada tindak lanjut. Terduga pelaku belum diperiksa sampai sekarang," ujar Hani kepada wartawan di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (10/7/2023).

Baca juga: Pemuka Agama Diduga Cabuli Anak Tiri Berkali-kali sejak 2020 di Cikampek dan Cirebon

Sementara itu, kuasa hukum korban, Kasman Sangaji, mengungkapkan, penyidik dari Polres Cirebon Kota sebenarnya sudah melakukan upaya pemanggilan sebanyak satu kali.

Sayangnya, NSA mangkir dalam pemanggilan itu dan sempat ada ketidakpastian dalam kasus ini.

"Jadi sampai saat ini terduga pelaku belum memberikan keterangan. Kami juga tidak tahu sampai mana prosesnya. Kabar terakhir, penyidik akan memanggil yang bersangkutan untuk yang kedua kali," tutur dia.

Menurut Sangaji, sesuai keterangan saksi, dalam hal ini adalah terduga pelaku sebenarnya tak terlalu dibutuhkan ketika kasus masih proses penyelidikan.

Sebab, pengakuan korban dan hasil visual dari psikolog bisa menjadi bukti nyata perihal kejadian kekerasan seksual atau pencabulan.

Terlebih lagi, kasus ini adalah pencabulan terhadap anak, di mana terjadi pada ruang-ruang sempit yang tidak memiliki banyak saksi.

Baca juga: Fakta Tewasnya Tahanan Pencabulan Anak Kandung, Dianiaya Rekan Satu Sel hingga ada Luka di Pantat dan Dada

"Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) layaknya pencabulan, apalagi terhadap anak, terjadi di ruang kecil yang tidak ada saksi. Pendapat dari psikolog dan hasil visual pun seharusnya sudah bisa menaikkan status kasus ini ke penyidikan," beber dia.

Lambatnya penanganan kasus ini, lanjut Sangaji, akhirnya menjadi tanda tanya besar.

Ia menduga apakah ada faktor eksternal yang membuat kasus ini seolah-olah jalan di tempat, antara lain, status serta jabatan pelaku yang memang dikenal sebagai pemuka agama dan kerap memimpin majelis dzikir.

"Terduga pelaku yang masih bebas berkeliaran itu mengaku tak takut atas laporan polisi yang dilayangkan istrinya. Hal itu disampaikan via pesan singkat WhatsApp, masih ada buktinya," ungkap Sangaji.

"Tapi kami jadi berpikir, apakah karena dia tokoh agama atau tokoh masyarakat sehingga polisi tidak dapat bekerja dengan baik," tambah dia.

Adapun NSA acap kali memimpin sebuah majelis dzikir yang terletak di Cikampek, Jawa Barat.

Menurut keterangan Hani, sang suami selalu berada di sana setiap malam Jumat dan malam Sabtu.

"Kalau di Jawa Barat dia (terduga pelaku) dikenal dengan sebutan Abi Cakra, Abi Nono, atau Haji Nono," ungkap Hani. 

Baca juga: Ayah Pelaku Pencabulan yang Ditahan di Mapolres Depok Meninggal Dunia

Diberitakan sebelumnya, NMB menjadi korban pencabulan ayah tiri berinisial NSA sejak tahun 2020.

Pelaku diduga melakukan kekerasan seksual dan mencabuli korban di dua lokasi, yakni Cikampek dan Cirebon.

Sangaji mengungkapkan, peristiwa ini tidak terendus karena NSA melakukannya secara diam-diam.

Terduga pelaku disebut memulai aksi bejatnya dengan mengiming-imingi korban dengan berbagai hadiah.

"Waktu korban masih berusia tujuh tahun atau tahun 2020, dia dicabuli di sebuah kos-kosan wilayah Cikampek. Korban dijanjikan akan dibelikan HP, mobil, dan lain-lain," tutur Sangaji.

"Namun, saat itu korban hanya disuruh telanjang dan dia wajib tidur di atas tubuh ayah tirinya," lanjut dia.

Kemudian, satu tahun setelahnya, NSA disebut menelanjangi korban saat tengah tertidur.

Parahnya lagi, hal itu dilakukan di sebuah majelis dzikir yang mana pelaku dikenal sebagai seorang ustaz di sana. 

Baca juga: Eks Kapolsek di Cirebon Tersangka Penipuan Tukang Bubur Dipecat

Pada tahun 2022, perbuatan NSA semakin menjadi-jadi. Terduga pelaku disebut meminta anak sambungnya untuk menjulurkan lidah ke arah mulutnya.

Korban diminta melakukan hal itu berkali-kali ketika usianya baru sembilan tahun.

"Korban disuruh mencium terduga pelaku dengan cara menjulurkan lidah sebanyak enam kali. Dia juga disuruh untuk memegang alat kelHaninnya waktu itu," beber dia.

Adapun korban baru bercerita dua bulan lalu setelah menonton berbagai konten soal pelaporan peristiwa pencabulan di media massa.

Hani, ibu korban, mengatakan, sang anak menceritakan perihal perilaku bejat ayah sambungnya pada 16 Mei 2023.

"Dia baru berani cerita setelah browsing di internet soal banyaknya korban yang mengaku usai dicabuli," ujar Hani. 

Baca juga: Guru Honorer di Cirebon Cabuli Siswi SD, Terungkap Usai Korban Pulang dan Menangis

Selain itu, faktor pendorong lainnya adalah NSA mengajak korban untuk bermalam di sebuah hotel.

Korban yang sudah mengetahui niat bejat terduga pelaku akhirnya menceritakan semua perbuatan bejat ayah sambungnya.

"Umi kakak tidak mau, nanti jangan kasih izin ke abi ya kalau abi minta kakak pergi ke hotel sama abi," ujar Hani seraya menceritakan ketakutan sang anak pada 16 Mei 2023.

"Dia lalu bercerita soal perlakuan ayahnya yang mencabuli dia sejak 2020 di belakang saya. Saya tidak pernah terpikir sedikit pun dia tega melakukan hal ini kepada anak saya," lanjut dia dengan nada lirih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com