"Dengan kata lain, tawuran bukan lagi suatu khas sekolah, tapi sudah menjadi tawuran yang melibatkan berbagai macam pihak," tegas Adrianus.
Perhatian khusus
Dengan begitu, dia mengusulkan agar pemangku kebijakan membuat keputusan agar sekolah yang kerap kali tawuran berhenti menerima siswa baru selama tiga tahun.
"Sekolah yang punya masalah dengan tawuran, itu satu periode selama tiga tahun tidak lagi menerima siswa, dari kelas satu sampai kelas dua dan tiga," kata Adrianus.
Menurut Adrianus, pemutusan regenerasi angkatan perlu dilakukan karena banyak tawuran terjadi disebabkan dengan adanya cerita di masa lalu
yang terus diulang sehingga menjadi suatu yang emosional.
"Cerita itu bisa dipotong, itu mesti dihapuskan," tegas Adrianus.
Baca juga: DP Motor Rendah Jadi Salah Satu Penyebab Tawuran Pelajar Belum Teratasi
Dengan adanya kebijakan tersebut, Adrianus berpandangan, sekolah yang tadinya bermasalah dengan tawuran akan diisi dengan angkatan baru yang tidak lagi menerima narasi di masa lalu.
"Tidak lagi menerima legenda itu, tidak lagi menerima cerita itu, tidak ada lagi pihak yang menarasikan bahwa, 'sekolah itu musuh kita ya, layak untuk kita kejar dan cari dia'," imbuh Adrianus.
Meski begitu, Adrianus menyadari bahwa kebijakan tersebut memerlukan pertimbangan yang matang.
"Tentunya (ini menjadi) suatu wacana yang menarik untuk dikaji oleh para pemangku kebijakan," tutur Adrianus.
Selain hal tersebut, Adrianus mengusulkan agar pihak kepolisian memetakan sejumlah titik yang menjadi rawan tawuran.
"Pemetaan berbasis lokasi, berbasis data, di mana tawuran terjadi dan siapa kelompoknya, ada polanya," ujar Adrianus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.