Namun, kondisi tersebut justru memicu warga Indonesia menyelundupkan susu melalui jalan tikus di tengah hutan.
Mereka memikul wadah berisi susu di jalur setapak dari Malaysia yang menembus Desa Balai Karangan, Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Barang-barang itu disimpan hingga banyak, sebelum akhirnya diperdagangkan ke Ibu Kota Kalimantan Barat, Pontianak.
Polsek Entikong pun berulang kali harus mengurus kasus penyelundupan itu.
“Mereka (Malaysia) menyebut (penyelundup) pendatang haram. Kami (Polsek Entikong) saat itu rutin menerima (penyelundup yang ditangkap di Malaysia). Kami tampung, data, dan kami kembalikan ke daerah masing-masing,” ungkap Hamidin.
“Hampir satu minggu sebanyak dua kali (menerima penyelundup asal Indonesia). Bisa 200 orang sampai 300 orang dari Jawa Timur dan berbagai daerah di Indonesia,” imbuh dia.
Suatu waktu, Hamidin melintas dari Entikong ke Malaysia melalui Pos Tebedu. Begitu masuk, ia terkagum-kagum dengan gerbang perbatasan negara tetangga yang luar biasa bagus.
Kondisinya sangat berbeda jauh dengan jalan di Entikong.
“Dari Tebedu, jalan mereka sudah (aspal) hotmix sampai ke Kuching (Ibu Kota Serawak, Malaysia). 1,5 jam sudah sampai Kuching,” tutur Hamidin.
“Kita (Indonesia), mau ke Pontianak, itu butuh 7,5 jam dengan jalan yang masih banyak berlubang, batu, kerikil, bahkan ada yang lumpur,” imbuh dia.
Baca juga: Catatan Perjalanan ke PLBN Entikong: Kesal karena Macet Terbayar Lunas Kopi Susu Bintangor
Tugas lain seorang kapolsek Entikong saat itu juga menjaga patok perbatasan Indonesia-Malaysia.
Mengingat kondisi jalan tidak memungkinkan dilalui kendaraan, Hamidin bersama Komandan Rayon Militer (Danramil) memutuskan berjalan kaki untuk sampai di sebuah pos.
“Persoalannya, desa terjauh Entikong, ada Suruh Tembawang di Gun Jemak. Saya berjalan dengan Danramil. Itu satu hari baru tiba di lokasi. Kemudian, kami lihat patok, itu kadang-kadang bergeser,” kata Hamidin.
“(Saya lihat) di kita (Indonesia) itu masih hutan belantara dengan jurang dan sungai. Sementara, di sebelah jalannya sudah bagus, ada kelapa sawit. Jadi, dari aspek pertahanan dan ekonomi, mereka sudah siap (saat itu),” imbuh dia.
Kisah lainnya yang diingat Hamidin, karena saat itu belum ada BNPP, Polsek Entikong juga mengemban tugas memikirkan cara memajukan wilayah dan kesejahteraan masyarakat.