Mereka tidak diajari oleh orang lain untuk membuat bom molotov. Keduanya hanya bermodalkan tayangan YouTube dan bertanya kepada teman.
“Mereka belajar otodidak, mereka hanya melihat dan mengetahui informasi-informasi yang diperoleh dari media sosial. Jadi, mereka buat lalu kasih orang lain untuk digunakan pada saat tawuran,” ungkap Lilipaly.
Para pelaku mendapatkan celurit dan barang-barang lain untuk digunakan pada saat tawuran dengan membeli kepada orang lain.
Harga celurit yang ditawarkan bervariasi, tergantung besarnya ukuran senjata tajam.
Baca juga: Tenggak Miras Sebelum Tawuran, Para Pelaku Ingin Diakui Teman-temannya
“Ada yang Rp 500.000, ada yang Rp 700.000, ada yang Rp 300.000. Jadi, tergantung panjangnya,” ujar Lilipaly.
“Mereka membeli celurit ini. Jadi, urunan mereka, iuran dari uang-uang yang diberikan oleh orangtuanya, mereka simpan untuk membeli celurit atau alat untuk melakukan tawuran,” kata dia melanjutkan.
Terdapat pengakuan berbeda-beda dari masing-masing pelaku setelah polisi melakukan pemeriksaan terhadap mereka.
Ada yang hanya ikut-ikutan, terpaksa karena diajak teman, dan ada juga yang ingin menunjukkan eksistensinya sebagai anak menjelang usia dewasa serta ingin diakui oleh lingkungannya.
“Tapi, pada intinya, anak-anak remaja ini akan minum minuman keras campuran untuk (agar) berani melakukan tawuran,” ujar Lilipaly.
Baca juga: “Angin Lagi Kencang” Jadi Kode Pelaku Tawuran soal Keberadaan Polisi
Saat berbincang dengan awak media setelah jumpa pers, Lilipaly mengaku terkejut ketika melihat sejumlah senjata tajam berukuran besar yang dibawa puluhan remaja ini.
Lilipaly melihat berbagai senjata tajam itu dalam sebuah foto di salah satu grup kepolisian Polres Metro Jakarta Timur.
“Jam 03.00 pagi (saya) lihat ini (barang bukti), kaget saya. Saya lihat ini sampai syok,” kata Lilipaly sambil menggelengkan kepala.
Ia hanya bisa menghela napas jika pihak kepolisian tidak mengamankan puluhan pelajar ini.
“Apa jadinya ini Jakarta Timur kalau malam Minggu (kemarin) enggak kami sita?” ujar Lilipaly.
"Ini tajam semua rekan-rekan. Ini, kalau kena leher, 'selesai' kita, putus," pungkas Lilipaly.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.