Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Repotnya Tangani Sampah Warga di Sungai dan Saluran

Kompas.com - 30/12/2014, 15:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah arus yang deras, dua sampan dari drum plastik mengarungi Kali Ciliwung di Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (29/12). Di atasnya, seorang pria duduk santai menyandar pada tumpukan sampah. Di tepian, timbunan sampah memenuhi tebing kali. Di tepian lainnya, dua sampai tiga orang memilah-milah sampah untuk dijual.

Begitulah sampah menguasai aliran Ciliwung di Jakarta. Bak gula, sampah di aliran kali ini jadi sumber kehidupan banyak orang sekaligus sumber masalah sosial di dalam kota. Gubuk liar tumbuh di bantaran dan kolong jembatan kali. Para penghuninya hidup dengan mengandalkan sampah di kali itu.

Di kolong jembatan Jalan MT Haryono, Kebon Baru, itu contohnya, berdiri lebih dari 20 gubuk yang dihuni sekitar 40 pemulung sampah dan pengumpul barang bekas. Di dekat deretan gubuk itu pula ditemukan karung-karung besar berisi barang bekas dan di sekitarnya dikelilingi serakan sampah.

Aleks (45), salah satunya, sudah tinggal di kolong jembatan itu hampir 10 tahun bersama istri dan tiga anaknya. Di sana pula dia memilah-milah sampah untuk dijual kembali seharga Rp 5.000 per kilogram. Dalam sehari, Aleks bisa memperoleh pendapatan setidaknya Rp 20.000.

Meskipun penghasilannya terbatas, bagi Aleks, itu cukup untuk membiayai hidup keluarga. Apalagi tinggal di kolong jembatan tak perlu membayar sewa rumah.

Hanya di saat permukaan Kali Ciliwung meninggi akibat hujan di hulu dan juga di Jakarta, Aleks dan para tetangganya baru akan mengungsi ke pinggir jalan dan di atas jembatan.

Bagi sebagian warga setempat, kebiasaan Aleks dan para penghuni kolong jembatan mengungsi di pinggir jalan saat permukaan Ciliwung meninggi itu terasa mengganggu. ”Kalau mereka sedang mengungsi, ada sebagian dari mereka yang meminta sumbangan di jalan. Itu sangat mengganggu,” kata salah seorang warga, Ronald (40).

Program penataan lingkungan belum menunjukkan hasil berupa perubahan berarti di sepanjang bantaran Ciliwung. Kali masih dijadikan tempat pembuangan. Seperti di RW 014, Kebon Baru, ditemukan area berukuran 5 meter x 10 meter di bantaran Kali Ciliwung digunakan sebagai tempat penimbunan sampah. Lebih dari 15 gerobak sampah parkir di area itu. Timbunan sampah yang goyah pun melorot ke dalam Kali Ciliwung.

Berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI, setiap hari ada 64,85 meter kubik atau sekitar 14 ton sampah masuk ke Kali Ciliwung di wilayah Jakarta. Sebagian besar adalah sampah rumah tangga yang masuk melalui saluran di permukiman. Sampah memperburuk kondisi kali karena membuat badan sungai dangkal dan sempit.

Lomba ambil sampah

Dalam perlombaan sampah yang diadakan Kodam Jaya, Senin pagi kemarin, terkumpul sampah sebanyak 27.329 kilogram dari kawasan Ciliwung. Lomba mengumpulkan sampah itu diikuti 400 orang, terdiri dari 160 tentara, 80 orang perwakilan organisasi masyarakat, 80 pelajar dan mahasiswa, serta 80 orang perwakilan warga.

Jenis sampah yang terkumpul mulai dari batang kayu, besi, plastik, kain, hingga kardus. Sampah itu dikumpulkan dengan cara dipungut dan dijaring.

Namun, dalam perlombaan itu, sampah jenis kayu dan besi tak dihitung. Oleh karena itu, total sampah 27.329 kilogram tersebut terbatas kain, plastik, dan kardus.

Kepala Penerangan Kodam Jaya Letnan Kolonel Heri Prakoso mengatakan, perlombaan itu untuk memupuk semangat prajurit agar tetap menjaga kebersihan di lingkungan. Kegiatan lomba itu bagian dari upaya membersihkan Kali Ciliwung hasil kerja sama Pemprov DKI dan Kodam Jaya.

Selama dua bulan terakhir, sudah keempat kalinya TNI turun membersihkan Kali Ciliwung. Hanya kali ini saja kegiatan mengumpulkan sampah itu diperlombakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Tegal Alur Mengeluhkan Minimnya Lampu Penerangan

Warga Tegal Alur Mengeluhkan Minimnya Lampu Penerangan

Megapolitan
Dituduh Maling Motor, Pria di Grogol Dikeroyok 4 Orang

Dituduh Maling Motor, Pria di Grogol Dikeroyok 4 Orang

Megapolitan
Menang Kejuaraan Senam di Tingkat Provinsi, Siswi SD di Depok Tak Lolos PPDB

Menang Kejuaraan Senam di Tingkat Provinsi, Siswi SD di Depok Tak Lolos PPDB

Megapolitan
Warga Tegal Alur: Gibran dan Heru Budi Datang Hanya Bicarakan Soal Pengerukan Kali

Warga Tegal Alur: Gibran dan Heru Budi Datang Hanya Bicarakan Soal Pengerukan Kali

Megapolitan
Dishub Jaksel Bakal Razia Parkir Liar di Jalur Sepeda dan Trotoar di Senopati

Dishub Jaksel Bakal Razia Parkir Liar di Jalur Sepeda dan Trotoar di Senopati

Megapolitan
PLN: Pencurian Kabel Berbahaya, Bisa Menyebabkan Ledakan

PLN: Pencurian Kabel Berbahaya, Bisa Menyebabkan Ledakan

Megapolitan
Terkait Pilkada Jakarta, DPD Golkar : Ketua Umum Tengah Koordinasi dengan Partai di KIM

Terkait Pilkada Jakarta, DPD Golkar : Ketua Umum Tengah Koordinasi dengan Partai di KIM

Megapolitan
Cegah Banjir, Warga Tegal Alur Dukung Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar

Cegah Banjir, Warga Tegal Alur Dukung Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Perlintasan Stasiun Pondok Jati

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Perlintasan Stasiun Pondok Jati

Megapolitan
Ada Warteg Terbakar, Jalan Duren Tiga Arah Kemang Sempat Ditutup

Ada Warteg Terbakar, Jalan Duren Tiga Arah Kemang Sempat Ditutup

Megapolitan
Diduga karena Korsleting, Sebuah Warteg Terbakar di Duren Tiga

Diduga karena Korsleting, Sebuah Warteg Terbakar di Duren Tiga

Megapolitan
Bocah Jatuh dari Rusunawa Rawa Bebek, Pengamat: Kondisi Rusunawa di DKI Mengkhawatirkan

Bocah Jatuh dari Rusunawa Rawa Bebek, Pengamat: Kondisi Rusunawa di DKI Mengkhawatirkan

Megapolitan
Jalan Prof Dr Satrio Macet Panjang Imbas Proyek Drainase

Jalan Prof Dr Satrio Macet Panjang Imbas Proyek Drainase

Megapolitan
Staf Hasto Kristiyanto Berencana Laporkan Penyidik KPK ke Kompolnas

Staf Hasto Kristiyanto Berencana Laporkan Penyidik KPK ke Kompolnas

Megapolitan
Staf Hasto Kristiyanto Mengaku Siap Kembali Diperiksa KPK, tapi Masih Waswas

Staf Hasto Kristiyanto Mengaku Siap Kembali Diperiksa KPK, tapi Masih Waswas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com