Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Normalisasi dari Hilir ke Hulu

Kompas.com - 21/09/2015, 16:02 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Rekayasa teknologi mengatasi banjir luapan Kali Ciliwung tak pernah berhenti. Masa Pemerintah Belanda, kali yang meliuk-liuk dari arah Bogor ke pantai utara Jakarta ini disodet ke Kanal Barat. Setelah melalui tiga kali revisi masterplan sejak 1973, kini Ciliwung tak hanya dinormalisasi, tetapi juga disodet lagi ke Kanal Timur.

Sebagai proyek pengendali banjir Jakarta, Ciliwung merupakan satu dari sejumlah kali di Jakarta yang sedang dalam proses normalisasi. Sejak 2012, contohnya, telah berlangsung normalisasi Kali Pesanggrahan, Angke, dan Sunter (PAS). Namun, hingga saat ini normalisasi PAS yang ditargetkan selesai 2015 belum juga selesai karena masih terkendala pembebasan lahan.

Normalisasi Kali Ciliwung juga dimulai pada 2014, tetapi baru tahap menambah kapasitas debit air di pintu air bagian hilir. Dimulai dengan melebarkan Pintu Air Karet dan Pintu Air Manggarai yang berada di ruas Kali Ciliwung-Kanal Barat. Kali Ciliwung lama yang tak lagi diairi sejak kali itu disodet ke Kanal Barat juga ikut dinormalisasi, yakni mulai dari Pintu Air Manggarai sampai Masjid Istiqlal.

KOMPAS / AGUS SUSANTO Alat berat meratakan hunian di bantaran Sungai Ciliwung di sekitar Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) Jatinegara Barat di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur, Kamis (17/9/2015).

Direktur Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mudjiadi pekan lalu mengatakan, pekerjaan normalisasi Kali Ciliwung dimulai dari hilir, yakni dari Jakarta. Sebab, kondisinya sudah sangat kritis.

Bantaran kali itu sudah dikepung hunian sehingga badan sungai tak dapat lagi menampung air. Total ada 35.000 keluarga yang tinggal di sepanjang bantaran kali itu.

Sementara itu, di kawasan hulu, alamnya juga rusak. Saat musim hujan, volume air yang mengalir dari kawasan hulu selalu berpotensi membanjiri kawasan hilir di Jakarta. Debit banjir Kali Ciliwung dari masa ke masa pun terus meningkat. Pada 1918, debit banjir di Kali Ciliwung 280 meter kubik per detik, pada 1973 menjadi 370 meter kubik per detik, dan pada 1997 menjadi 570 meter kubik per detik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Pemulung Meninggal di Dalam Gubuk, Saksi: Sudah Tidak Merespons Saat Ditawari Kopi

Megapolitan
Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Pemulung yang Tewas di Gubuk Lenteng Agung Menderita Penyakit Gatal Menahun

Megapolitan
Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Polisi Ungkap Percakapan soal Hubungan Terlarang Pelaku dan Perempuan Dalam Koper Sebelum Pembunuhan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com