Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kegelisahan Hati PDS HB Jassin soal Rencana Pengambilalihan oleh Pemprov DKI Jakarta

Kompas.com - 30/08/2016, 14:28 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mata Agung Trianggono berkaca-kaca ketika menceritakan kondisi yang sedang dihadapi Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Taman Ismail Marzuki. Agung merupakan pegawai PDS HB Jassin yang bertugas sebagai penanggungjawab pengolahan data.

Di tengah keterbatasan dana, tempat yang menampung puluhan ribu karya sastra itu tetap beroperasi. Ada satu wacana untuk mengambilalih pengelolaan PDS HB Jassin menjadi di bawah Badan Perpustakaan dan Aset Daerah (BPAD) DKI Jakarta.

Agung mengatakan karyawan memiliki beragam kegelisahan tentang rencana itu. Ketakutan ini semakin menjadi ketika pegawai BPAD DKI Jakarta mengatakan hanya ingin mengambilalih dokumennya saja. Dia khawatir pegawai yang sudah bekerja di PDS HB Jassin akan dibuang.

"Padahal kalau kami kan sudah mengerti mengurusnya seperti keinginan Pak Jassin. Sedangkan kalau diserahkan ke BPAD, PHL BPAD kan belum tentu mengerti merawatnya," ujar Agung di Kantor PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Selasa (30/8/2016).

Agung sendiri sudah bekerja di sana selama 23 tahun. Totalnya, ada 11 pegawai yang bekerja di PDS HB Jassin. Rata-rata, mereka semua sudah bekerja selama 23 tahun.

Bersedia diambil alih, asalkan...

Agung mengatakan sebenarnya pegawai PDS HB Jassin bersedia jika pusat dokumentasi ini berada di bawah naungan BPAD DKI Jakarta. Asalkan, mereka tetap diperbolehkan bekerja di sana.

Kemudian, mereka juga meminta ada penyesuaian gaji jika jadi diambil alih. Hal ini lantaran mereka masih menerima gaji di bawah UMR tiap bulannya yaitu Rp 2 juta saja.

"Kami mau, asalkan gaji kami itu disesuaikan," ujar Agung.

Dia juga berharap ada jaminan kesehatan atau tunjangan lainnya. Dia khawatir, BPAD DKI malah tidak melakukan itu semua. Dia takut BPAD hanya menggunakan tenaga pegawai lama PDS HB Jassin untuk beberapa bulan saja dan kemudian diberhentikan.

"Saya yang ditakutkan begini, mereka memakai seperti sistem outsourcing. Sedangkan kami umur sudah tua. Kami takutnya hanya merasakan beberapa tahun di BPAD selanjutnya dibuang," ujar Agung.

Jessi Carina Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Berharap janji Ahok

Kemarin, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat berkomentar soal PDS HB Jassin. Dia mengatakan pengelola tidak mau diambilalih oleh Pemprov DKI Jakarta. Salah satu alasannya adalah karena masalah pegawai itu.

Ahok pun mengatakan sebenarnya pegawai lama tetap bisa bekerja di sana asalkan memang berkinerja dengan baik. Terkait hal itu, Agung hanya mengharapkan yang terbaik dari proses pengambilalihan ini.

Sebab, sampai saat ini anak buah Ahok yang berada di BPAD DKI Jakarta belum menyelesaikan pembahasan pengambilalihan dengan pihak yayasan.

"Itu dia masih rancu di situ. Oke Pak Ahok maunya PDS HB Jassin tetap di sini dan diurus kami, tapi ada enggak jaminan dari Pak Ahok," ujar Agung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com