Pantauan Kompas.com, dari Jalan Angkasa menuju arena JIExpo Kemayoran, terlihat sejumlah pedagang kerak telor yang menjajakan dagangannya di sisi kiri jalan. Jarak antara pedagang satu dan pedagang lainnya sekitar 2 meter.
Para pedagang ini menjajakan kerak telor menggunakan dua kotak kayu yang diterangi sebuah lampu. Tungku api kecil beserta arang terlihat menyala diikuti dengan kepulan asap. Tak ketinggalan kipas sate ikut meramaikan gerobak panggul dagangan. Beberapa telur ayam dan telur bebek juga tertata rapi di atas kotak kayu tersebut. Sekitar lima stoples bumbu pelengkap makanan khas Betawi ini terlihat hanya berkurang sedikit.
Seorang pedagang kerak telor, Syarif, mengaku, penjualan tahun ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, harga telur kini kian meninggi, sedangkan ia diharuskan menjual kerak telor lebih rendah dari harga tahun lalu.
"Sekarang harga telur lagi mahal, saya disuruh jual lebih murah. Jadi, pendapatan pun seadanya saja. Cuma mau ikut ramaikan acara kayak tahun lalu," kata Syarif kepada Kompas.com, Selasa (10/6/2014) malam.
Syarif mengatakan, ia harus membayar Rp 400.000 selama acara Jakarta Fair Kemayoran 2014. Pembayaran ini bisa dicicil Rp 50.000-100.000 per minggu. Ia pun mengatakan, baru tahun ini ada biaya penyewaan tempat di pinggir jalan.
Selama bertahun-tahun berjualan saat acara Jakarta Fair, ia mengaku tidak pernah dikenakan biaya sepeser pun. Ia pun lantas harus merogoh pendapatannya yang semakin minim. Syarif menjual kerak telor ayam seharga Rp 15.000, sedangkan kerak telor bebek seharga Rp 20.000.
"Harganya segitu saja, sesuai perintah. Banyak saingan juga, pembeli dikit juga, ya, mau gimana lagi," katanya.
Tak berbeda dengan Syarif, penjual kerak telor lainnya, Dadin mengaku menjual dengan harga yang sama dengan Syarif. Ia pun juga membayar sewa tempat Rp 15.000 dan Rp 20.000. Dadin mengatakan, pendapatan kali ini berbeda dengan tahun lalu. Pembelinya, kata Dadin, juga sedikit. Bahkan, kadang ia hanya mendapatkan pembeli tak lebih dari 30 orang.
"Enggak tahu kenapa sekarang dikit yang beli. Dulu mah banyak yang berhenti buat beli kerak telor ini," ujar Dadin sambil menunjuk arang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.