Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kerak Telor Lebih Murah, Pembeli Justru Berkurang

Kompas.com - 10/06/2014, 22:47 WIB
Adysta Pravitra Restu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Keramaian Jakarta Fair Kemayoran 2014 disambut baik para pedagang kerak telor yang menjajakan dagangannya di luar arena JIExpo Kemayoran, Selasa (10/6/2014). Para pedagang mengaku membayar sewa tempat di bahu jalan selama acara ini berlangsung.

Pantauan Kompas.com, dari Jalan Angkasa menuju arena JIExpo Kemayoran, terlihat sejumlah pedagang kerak telor yang menjajakan dagangannya di sisi kiri jalan. Jarak antara pedagang satu dan pedagang lainnya sekitar 2 meter.

Para pedagang ini menjajakan kerak telor menggunakan dua kotak kayu yang diterangi sebuah lampu. Tungku api kecil beserta arang terlihat menyala diikuti dengan kepulan asap. Tak ketinggalan kipas sate ikut meramaikan gerobak panggul dagangan. Beberapa telur ayam dan telur bebek juga tertata rapi di atas kotak kayu tersebut. Sekitar lima stoples bumbu pelengkap makanan khas Betawi ini terlihat hanya berkurang sedikit.

Seorang pedagang kerak telor, Syarif, mengaku, penjualan tahun ini lebih sedikit dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, harga telur kini kian meninggi, sedangkan ia diharuskan menjual kerak telor lebih rendah dari harga tahun lalu.

"Sekarang harga telur lagi mahal, saya disuruh jual lebih murah. Jadi, pendapatan pun seadanya saja. Cuma mau ikut ramaikan acara kayak tahun lalu," kata Syarif kepada Kompas.com, Selasa (10/6/2014) malam.

Syarif mengatakan, ia harus membayar Rp 400.000 selama acara Jakarta Fair Kemayoran 2014. Pembayaran ini bisa dicicil Rp 50.000-100.000 per minggu. Ia pun mengatakan, baru tahun ini ada biaya penyewaan tempat di pinggir jalan.

Selama bertahun-tahun berjualan saat acara Jakarta Fair, ia mengaku tidak pernah dikenakan biaya sepeser pun. Ia pun lantas harus merogoh pendapatannya yang semakin minim. Syarif menjual kerak telor ayam seharga Rp 15.000, sedangkan kerak telor bebek seharga Rp 20.000.

"Harganya segitu saja, sesuai perintah. Banyak saingan juga, pembeli dikit juga, ya, mau gimana lagi," katanya.

Tak berbeda dengan Syarif, penjual kerak telor lainnya, Dadin mengaku menjual dengan harga yang sama dengan Syarif. Ia pun juga membayar sewa tempat Rp 15.000 dan Rp 20.000. Dadin mengatakan, pendapatan kali ini berbeda dengan tahun lalu. Pembelinya, kata Dadin, juga sedikit. Bahkan, kadang ia hanya mendapatkan pembeli tak lebih dari 30 orang.

"Enggak tahu kenapa sekarang dikit yang beli. Dulu mah banyak yang berhenti buat beli kerak telor ini," ujar Dadin sambil menunjuk arang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Daftar Pencalonan Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad Mengaku Dipaksa Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Misteri Sosok Mayat Perempuan dalam Koper, Bikin Geger Warga Cikarang

Megapolitan
Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Kekejaman Nico Bunuh Teman Kencan di Kamar Kos, Buang Jasad Korban ke Sungai hingga Hanyut ke Pulau Pari

Megapolitan
Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Ulah Sindikat Pencuri di Tambora, Gasak 37 Motor dalam 2 Bulan untuk Disewakan

Megapolitan
Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Upaya Chandrika Chika dkk Lolos dari Jerat Hukum, Ajukan Rehabilitasi Usai Ditangkap karena Narkoba

Megapolitan
Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Mochtar Mohamad Ajukan Diri Jadi Calon Wali Kota Bekasi ke PDIP

Megapolitan
Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Keluarga Ajukan Rehabilitasi, Chandrika Chika dkk Jalani Asesmen di BNN Jaksel

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal 'Numpang' KTP Jakarta

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, padahal "Numpang" KTP Jakarta

Megapolitan
Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Dekat Istana, Lima dari 11 RT di Tanah Tinggi Masuk Kawasan Kumuh yang Sangat Ekstrem

Megapolitan
Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Menelusuri Kampung Kumuh dan Kemiskinan Ekstrem Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Keluh Kesah Warga Rusun Muara Baru, Mulai dari Biaya Sewa Naik hingga Sulit Urus Akta Kelahiran

Megapolitan
Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Nasib Malang Anggota TNI di Cilangkap, Tewas Tersambar Petir Saat Berteduh di Bawah Pohon

Megapolitan
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Setelah Ridwan Kamil dan Syahroni, Kini Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono

Megapolitan
NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

NIK Ratusan Warga di Kelurahan Pasar Manggis Dinonaktifkan karena Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Pendeta Gilbert Lumoindong Kembali Dilaporkan atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com