Tempat yang kebanyakan memiliki sertifikat tanah resmi tersebut seakan tidak diperhatikan oleh pemerintah. Baru pada 26 Maret 2014 lalu, ada apel kerja bakti gabungan dari Wali Kota Jakarta Barat, Anas Effendi. Kerja bakti ini bertujuan memenuhi keinginan warga yang sejak lama belum terealisasi, yakni mengeringkan kawasan Kampung Apung.
Sembari menunggu aksi dari pemerintah daerah Jakarta Barat yang belum kunjung rampung karena anggaran, warga RW 01 Kampung Apung melaksanakan cara mereka sendiri untuk dapat mengurus kampungnya. Dengan dibantu oleh Lurah Kapuk dan Camat Cengkareng, warga Kampung Apung menggelar kerja bakti bersama, Minggu (31/8/2014).
"Ya, kita kumpulin warga buat kerja bareng, bersihin (eceng gondok dan sampah)," tutur Ketua RW 01 Kampung Apung, Rinan.
Mereka berinisiatif mengerjakan yang seharusnya menjadi pekerjaan pemerintah daerah Jakarta Barat karena pekerjaan dari pemerintah telah terhenti sejak akhir Juli 2014. Akibatnya, kawasan yang telah sempat dikeringkan petugas kini kotor dan tergenang air lagi.
Eceng gondok jadi pupuk
Banyaknya eceng gondok yang menutupi tempat tergenangnya air di Kampung Apung tidak serta merta dibuang oleh warga, namum dikumpulkan untuk kemudian diolah menjadi pupuk. Warga pun pernah mendapatkan mesin untuk mengolah pupuk dari salah satu perusahaan yang menyumbang ke Kampung Apung.
Pantauan Kompas.com, eceng gondok yang telah dibersihkan dan diangkut pada hari Minggu lalu dikumpulkan di satu tempat untuk dikeringkan. Setelah kering, dimasukkan ke dalam mesin untuk diolah lalu ditaruh di dalam satu tempat untuk dibiarkan selama beberapa minggu, baru setelah itu bisa digunakan sebagai pupuk.
Merek pupuk tersebut adalah Orgapuk. Merek ini memang belum terlalu dikenal dan belum terlalu laku, namun Rinan tetap optimis untuk memperkenalkan produk olahan warga tersebut.
Tidak hanya pupuk, warga juga telah menggunakan kawasan banjir itu untuk budidaya lele. Ada sekitar lima lebih tempat peternakan lele di Kampung Apung yang diolah dan diurus dengan baik. Warga menggunakan pompa untuk menguras air kotor dan dimasukkan air bersih ke tempat lele miliknya.
Sebelum tahun 1990, enam hektar tanah di kawasan RW 01 Kampung Apung merupakan tempat tertinggi dibanding dengan lokasi di sekitarnya yang masih berupa sawah dan rawa. Saat banjir datang, Kampung Apung jadi tempat warga lain mengungsi. Sampai suatu saat, warga yang sudah lelah mengungsi menjual tanah dan rumah mereka dengan harga murah ke pengusaha. Pengusaha tersebut kemudian menguruk tanah di tempat itu hingga jadi jauh lebih tinggi dari tanah Kampung Apung. Sejak itu, banjir menjadi langganan di kampung tersebut.