Salah satu warga setempat, NN, mengatakan, mulanya intimidasi itu muncul karena warga memprotes rencana pengosongan dengan menempelkan spanduk penolakan pada 7 Mei 2015 lalu. Besoknya, pasukan Kostrad berjumlah 40 orang datang, lalu melakukan penurunan spanduk.
Buntut dari pemasangan spanduk, kata NN, warga akhirnya mendapat intimidasi. "Ada statement Aslog (Asisten Logistik) Kostrad kalau ada penaikan lagi spanduk, ada tembak di tempat," kata NN kepada wartawan di posko warga setempat, Senin (11/5/2015).
Namun, menurut dia, warga kembali memasang spanduk pada Minggu 10 Mei 2015. Dari informasi salah satu pengurus warga RW 07, warga menerima ancaman kalau berani memasang spanduk lagi, warga "diangkut ke Markas Kostrad".
"Kita juga belum tahu apa maksudnya 'diangkut ke Markas Kostrad'. Angkut ini tanda kutip konotasinya kan banyak. Makanya, kita standby siaga," ujar NN.
Selain intimidasi, NN mengatakan, beberapa personel Kostrad juga melakukan kegiatan pemantauan di rumah-rumah warga yang menjadi target pengosongan. Kadang, dengan sepeda motor, personel Kostrad ada yang datang dan memotret rumah warga setempat.
Menanggapi tudingan warga tersebut, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat Brigadir Jenderal Wuryanto membantahnya. Menurut dia, tudingan tersebut hanya untuk memperkeruh masalah.
"Biasa kan, untuk memperbesar masalah, memperkeruh masalah, menarik perhatian orang, akan dibuat seperti itu. Tapi, yakinlah, prajurit TNI lahir dari rakyat. Kita akan mengedepankan sisi kemanusiaan," ujar Wuryanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.