Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terminal Pulogadung "Filter" Keruwetan

Kompas.com - 13/07/2015, 18:18 WIB
Oleh MADINA NUSRAT

Kesan suram dan rawan kejahatan kuat melekat pada Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, yakni mulai dari pencopetan, gendam, hingga pemerasan oleh calo tiket. Padahal, terminal ini merupakan salah satu terminal vital di Jakarta. Terminal Pulogadung tidak hanya pengendali kemacetan Ibu Kota, tetapi juga jalur keluar masuk kaum urban ke Ibu Kota.

Sedari pagi hingga petang, Minggu (12/7), puluhan bus antarkota dan antarprovinsi masuk bergantian ke Terminal Pulogadung di Jalan Bekasi Raya, Jakarta Timur. Saat menginjakkan kaki di terminal itu, puluhan petugas perusahaan otobus pun menghampiri dan kukuh menawarkan tiket bus.

Seribu lebih orang datang silih berganti ke terminal ini. Bangunan ruang tunggu dan kantor dinas perhubungan di terminal itu sudah tampak tua. Warna tembok yang kusam, beberapa plafon ruang tunggu penumpang berlubang, plus aroma asap bus yang mengepul menjadi gambaran umum Terminal Pulogadung. Terminal Pulogadung berada tepat di antara pertemuan Jalan Raya Bekasi Timur dan Jalan Perintis Kemerdekaan, Jakarta Timur.

Di dalam terminal itu terdapat terminal dalam kota dan terminal antarkota dan antarprovinsi (AKAP). Terminal AKAP Pulogadung melayani enam trayek, ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, hingga Bali, dan 26 jurusan ke berbagai kota, seperti Surabaya, Medan, dan Bima. Sebanyak 117 perusahaan otobus menjadi tumpuan pemudik saat Lebaran.

Meski belum tersentuh mesin elektronik untuk pengadaan tiket seperti di stasiun kereta api, terminal tersebut berperan sebagai pintu masuk urbanisasi. Terminal seluas 35.196 meter persegi itu menjadi salah satu saksi kemajuan Kota Jakarta.

"Sebelum ada Terminal Pulogadung, di sekitar Jalan Bekasi Raya hanya ada hutan dan rawa," ujar Abdul Latif (62), mantan Ketua RT 004 RW 002, Rawaterate, Cakung, Jakarta Timur. Saat itu belum ada listrik dan belum padat penduduk.

Namun, sejak Terminal Pulogadung dibangun dan beroperasi, orang-orang dari pulau Jawa hingga Sumatera mulai berdatangan. "Saat awal-awal terminal beroperasi, para penumpang bahkan menginap di terminal. Jalanan juga dipenuhi penumpang," kata Abdul.

Masih terang di ingatan Iik (49), warga sekitar Terminal Pulogadung, kali pertama terminal itu dibuka. "Waktu itu artis dangdut Elvi Sukaesih datang," katanya.

Iik, yang merupakan warga Betawi, merasakan, semenjak terminal itu ada, dirinya mulai berkenalan dan hidup bersama orang-orang dari luar Jakarta.

Keruwetan lalu lintas

Entah sudah berapa juta warga urban yang menginjakkan kaki di Terminal Pulogadung, salah satu terminal terbesar tahun 1990-an. Tahun 1975, Kompas mencatat Pemerintah DKI Jakarta era Gubernur Ali Sadikin membangun terminal bus antarkota di Jakarta.

Lokasinya berada di Jalan Raya Bekasi, jalur pantai utara di Jakarta yang terhubung ke Bekasi hingga Cikampek, Jawa Barat. Saat itu belum tersedia jalan tol sehingga arus bus antarkota masih melalui jalan nasional melalui Bekasi hingga Cikampek dan jalur pantai utara di Pamanukan.

Terminal Pulogadung dibangun karena keruwetan lalu lintas yang terjadi di tengah kota Jakarta pada masa itu. Semua jenis kendaraan masuk ke dalam kota Jakarta, termasuk bus antarkota.

Berdasarkan catatan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (Kompas 25 Agustus 1975), ruas jalan di Jakarta pada masa itu nyaris didominasi kendaraan jenis bus antarkota. Dari sekitar 5.000 perjalanan kendaraan yang masuk ke Jakarta, 3.072 perjalanan adalah bus antarkota yang datang dari arah timur Jakarta.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com