JAKARTA, KOMPAS.com — Kasus pembunuhan yang dilatarbelakangi sakit hati tak jarang terjadi.
Ucapan korban yang menyinggung dan merendahkan harga diri pelaku sering kali menjadi alasan pelaku melakukan pembunuhan.
Salah satu kasus yang dilatarbelakangi sakit hati adalah pembunuhan terhadap Farah Nikmah Ridallah (23), wanita yang mayatnya ditemukan dalam boks plastik di kolong Tol JORR, Kelurahan Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (12/7/2016).
Farah tewas di tangan teman kencannya, Calvin Soepargo (42), pengusaha sarang burung walet asal Surabaya.
Calvin mengaku sakit hati akan ucapan Farah yang menyinggung soal keperkasaannya.
(Baca juga: Pelaku Pembunuhan Wanita dalam Boks di Jakarta Utara Berdalih karena Sakit Hati)
Selain dalam kasus Farah, alasan sakit hati juga disampaikan pelaku pembunuhan terhadap pekerja rumah tangga (PRT) bernama Jeni Nurzanah (25), di Apartemen Bellezza, Permata Hijau, Jakarta Selatan, pada Juni lalu.
Jeni dibunuh oleh Ferdianto, petugas keamanan apartemen yang merupakan selingkuhan korban. Ferdianto membunuh Jeni karena wanita itu menyinggung soal istrinya.
Terkait kasus pembunuhan yang dilatarbelakangi sakit hati ini, kriminolog Universitas Indonesia, Yogo Tri Hendiarto, mengatakan bahwa bahasa verbal memang menjadi pemicu utama seseorang menjadi pelaku pembunuhan.
Menurut dia, suatu ucapan dapat berdampak buruk terhadap psikologis pelaku.
"Jadi, ada satu ucapan atau kalimat yang memiliki dampak buruk secara psikologis yang menurunkan harga diri pelaku sebagai manusia, dan itu bersifat situasional," ujar Yogo saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/7/2016).
Menurut Yogo, pembunuhan karena ucapan itu tidak akan terjadi jika korban menggunakan cara-cara yang lebih halus dalam menyampaikan hal yang tidak disukainya kepada pelaku.
"Itu hasil dari proses interaksi sosial dari mereka berdua, ada pola interaksi, misalnya diskusi antara mereka, cuma caranya tadi yang tidak baik. Coba kalau caranya si korban katakan, 'Abang keteknya bau, kalau pakai deodoran dulu bagaimana?' Akan tetapi, kalau langsung dikatakan, 'Ketek lu bau, bikin gua pusing mau mati', ya cara mengungkapkan seperti itu akan berakibat pada efek kelanjutan, apa yang akan dilakukan," tutur Yogo.
(Baca juga: Kronologi Pembunuhan PRT di Apartemen Bellezza)
Selain karena pernyataan menyinggung diri korban, tak jarang kasus pembunuhan juga dilatarbelakangi sakit hati karena korban menyinggung orang yang memiliki hubungan keluarga dengan pelaku, atau memiliki kedekatan dengan pelaku.
"Jadi polanya seperti itu. Ucapan verbal menjadi pemicu pembunuhan pada saat yang bersifat situasional," ujar Yogo.