Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Pengemudi Ojek "Online" Ditipu dengan Modus Dukun

Kompas.com - 30/10/2017, 16:09 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Polres Metro Jakarta Selatan menangkap sindikat penipu yang menyasar pengemudi ojek online dengan modus perdukunan. Berdasarkan pengembangan sementara, puluhan pengemudi ojek online telah menjadi korban.

"Awalnya pada 14 Juli 2017, kami menerima laporan dari (seorang) korban, Saudara Dedy Nurhadi. Yang bersangkutan telah ditipu dan digelapkan kendaraannya. Korban adalah pengemudi ojek online," kata Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Iwan Kurniawan, Senin (30/10/2017).

Saat Dedy sedang mangkal, dia dihampiri seorang pria. Pria tersebut meminta diantarkan ke dukun dan aplikasi untuk ojek online tidak perlu digunakan. Pelaku yang berperan sebagai eksekutor itu mengaku perlu menemui dukun untuk mengobati anggota keluarganya yang sakit. Pria itu membayar ongkos Rp 50.000 kepada Dedy.

Namun Dedy lalu diminta mengantarkan pria itu ke sebuah gang yang agak sepi. Di situ mereka enemui dukun palsu dengan panggilan "Pak Haji" di pinggir jalan. Di depan korbannya, pelaku menceritakan penyakit yang diderita anggota keluarganya ke "Pak Haji".

"Pak Haji" berkata, "Wah itu bukan sakit biasa, itu sakit kiriman, ya sudah kita cari obatnya."

"Pak Haji" kemudian menumpang ojek Dedy dan diminta mengantarkan ke suatu tempat yang disebut sebagai tempat obat. Obat yang dimaksud ternyata hanya berupa daun biasa. Setelah menunjukkan tempatnya, Pak Haji dan Dedy kembali ke gang tempat mereka bertemu pertama kali.

Pak Haji kemudian menyuruh pelaku pertama untuk mengambil daun itu. "Udah, lo ambil daun itu, tukang ojeknya sudah gue tunjukin".

"Pelaku dan korban kembali berdua, kemudian daun diambil pelaku dua lembar. Sesuai petunjuk bahwa satu lembar daun harus diinjak, lalu diminta pengemudi ojek menginjaknya," ujar Iwan.

Setelah meminta Dedy menginjak daun itu, pelaku kemudian meminjam motor Dedy. Ia beralasan mau membawa daun yang satu lagi ke Pak Haji. Tanpa kecurigaan, Dedy membiarkan motornya dibawa sementara ia tetap menginjak daun itu.

Dedy akhirnya melapor ke polisi karena sepeda motornya dibawa pergi dan kedua orang itu  tak bisa ditemukan.

Laporan Dedy ditindaklanjuti polisi dan berujung pada penangkapan tujuh pelaku pada 15 Oktober 2017 di Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Dari hasil interogasi diketahui, sindikat itu telah beroperasi dari April 2016 dan menipu lebih dari 50 orang. Korban dan sasarannya selalu ojek online yang sedang mangkal di daerah antara lain Kemang, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Lebak Bulus, Cilandak, Tebet, Setiabudi, dan wilayah lain di Jakarta Timur serta Jakarta Utara.

Pelaku yang berperan sebagai eksekutor yang minta diantarkan ke dukun adalah James Reinhard (35). James biasanya diantar oleh seorang joki untuk memilih korbannya. Dua orang yang berperan sebagai joki yakni Firmansyah alias Tambun (24) dan Irfan Ardiansyah alias Ipong (23).

Tukang dukung diperankan Aris Nasution alias Pak Haji yang hanya bermodalkan peci putih.

Setelah membawa kabur sepeda motor korban, eksekutor biasanya menyerahkan sepeda motor ke pengantar bernama Oki Guntur Aristian (25). Oki membawa sepeda motor dan menitipkannya ke tukang kopi bernama Kasinem di Terminal Pulo Gebang.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com