Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Komunitas Kanker pada Pembangunan RS Kanker DKI

Kompas.com - 28/11/2017, 20:16 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Esterina Sutiono, survivor kanker payudara bilateral (kedua payudara) sekaligus humas CISC (Cancer Information and Support Center) menyuarakan keinginannya terkait peningkatan layanan pengobatan kanker di DKI Jakarta.

Ia menyampaikan hal itu untuk menanggapi rencana pembangunan Rumah Sakit Kanker DKI di lahan bekas Yayasan Kesehatan Sumber Waras (YKSW) yang belum juga terealisasi karena berbagai kendala.

"Sudah pasti perlu segeralah ya (pembangunan RS Kanker DKI). Karena pasien kanker yang berobat di negara kita rata-rata sudah pada stadium lanjut yang perlu pertolongan cepat," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (28/11/2017).

Esterina mengatakan, terbatasnya pelayanan kesehatan kanker di Jakarta membuat para penderita kanker harus mengantre berbulan-bulan untuk mendapat perawatan.

Baca juga : Penagihan Rp 191 Miliar kepada Yayasan Sumber Waras Rekomendasi BPK

"Dalam keadaan sudah stadium lanjut yang diminta tunggu karena antre yang memakan waktu bulanan maka penyakitnya tambah berkembang. Mungkin ada yang tadinya masih stadium 3 bisa menjadi stadium 4, sehingga harapan untuk bertahan hidup secara medisnya bertambah kecil," kata dia.

Ia sangat berharap pelayanan pengobatan kanker di Jakarta segera ditingkatkan baik, dengan pembangunan RS Kanker maupun pelayanan lainnya.

"Urusan lain saya kurang tahu (kendala pembangunan RS Kanker). Yang saya tahu pasien kanker semakin bertambah banyak dan tentunya semakin butuh penanganan cepat. Dalam kurun beberapa bulan saja sel kanker itu bisa bertambah ganas," ujarnya.

Selama ini Esterina dan anggota komunitas CISC lainnya yang juga merupakan survivor kanker dari berbagai agama, budaya, sosial mengupayakan peningkatan kualitas kesehatan untuk penderita kanker secara mandiri. CISC juga membangun tiga rumah singgah bagi pasien kanker tak mampu. Rumah singgah ditujukan sebagai tempat beristirahat pasien-pasien kanker dan keluarga yang sedang berobat di rumah sakit di sekitar Jakarta.

Rumah-rumah singgah tersebut didirikan di tiga lokasi. Dua rumah singgah di dekat RS Kanker Dharmais di Jalan Anggrek Neli Murni, Slipi, Jakarta Barat dan rumah singgah dekat RSCM di Jalan Pramuka, Jakarta Pusat.

Hingga kini pembangunan RS Kanker DKI yang direncanakan dibangun di lahan bekas milik Yayasan Kesehatan Sumber Waras sejak 2014 tak kunjung terealisasi karena masih terkendala masalah hukum. Meski tak ditemukan ada tindak korupsi dalam proses pembelian lahan itu, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan kelebihan pembayaran sebanyak Rp 191 miliar yang harus dikembalikan pada negara.

Wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno meminta pihak YKSW untuk mengembilkan uang kelebihan tersebut. Ia mengatakan, pembangunan RS Kanker pertama di DKI itu baru dapat dilanjutkan jika posisi hukum lahan tersebut sudah jelas.

Pihak YKSW tidak bersedia membayar apa yang disebut sebagai kelebihan pembayaran itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com