Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ibu Hamil yang Terima Obat Kedaluwarsa Sebut Puskesmas Kamal Muara Tahan Obat RS

Kompas.com - 17/08/2019, 10:59 WIB
Jimmy Ramadhan Azhari,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Novi Sri Wahyuni (21), ibu hamil yang diberi obat kedaluwarsa dari Puskesmas Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, mengatakan, kepala Puskesmas menahan obat yang diberikan RS BUN.

Novi bercerita, setelah pihak puskesmas mengakui telah memberikan obat kedaluwarsa kepadanya, Kepala Puskesmas langsung merujuk Novi ke RS BUN.

Pihak Puskesmas mengurus seluruh administrasi hingga akhirnya dilakukan USG terhadap Novi.

Dokter saat itu menyatakan bahwa anak yang dikandung Novi dalam keadaan sehat.

Baca juga: Diberi Obat Kedaluwarsa, Ibu Hamil Laporkan Puskesmas Kamal Muara ke Polisi

Mual, muntah dan pusing yang dialami Novi disebutkan dokter merupakan dampak dari keracunan obat.

Selepas pemeriksaan, kepala Puskesmas kemudian mengambil obat yang diberikan dokter lalu mengantarkan Novi dan suaminya, Bayu Randi Dwitara (19), pulang.

"Dari USG itu dalam perjalan pulang, Kepala Puskesmas itu bilang katanya dari USG itu kita (Puskesmas) sudah selesai tanggung jawab," ucap Novi.

Baca juga: Puskesmas Kamal Muara Akui Berikan Obat Kedaluwarsa kepada Ibu Hamil

Berdasarkan pengakuan Novi, Kepala Puskesmas Kamal Muara saat itu meminta mereka menandatangani surat perjanjian yang berisi apabila terjadi apa-apa di kemudian hari, hal itu bukan tanggung jawab Puskesmas. Namun, Novi tidak setuju.

"Kita kan keinginannya sampai lahiran enggak ada kecacatan apa-apa gitu. Tapi dari RS kemarin, perjalanan pulang, dia (Kepala Puskesmas) itu minta udah sampai disitu, dia minta hitam di atas putih," tuturnya.

Sementara itu, Bayu menambahkan, apabila tak mau sepakat, pihak Puskesmas tidak akan memberikan obat itu.

Meski begitu, Bayu dan Novi tetap menolak menandatangani perjanjian tersebut.

Baca juga: Ibu Hamil Mengaku Minum 38 Butir Obat kedaluwarsa, Puskesmas Kamal Muara Merasa Hanya Dugaan

Pada Kamis (15/8/2019) malam, didampingi seorang kuasa hukum bernama Pius Situmorang, mereka melaporkan pemberian obat kedaluwarsa itu ke Polsek Metro Penjaringan.

Laporan mereka diterima Polisi dengan nomor LP 940/K/VIII/2019/SEK PENJ atas dugaan pelanggaran Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

"Udah gini, kepala puskesmasnya datang kesini (rumah Novi), minta maaf lagi bilang mau memenuhi, mau menanggung semua biaya sampai lahiran begitu," ujar Novi.

Peristiwa itu terjadi keesokan harinya, setelah Novi melapor ke Polisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Pengemis yang Suka Marah-marah Dijenguk Adiknya di RSJ, Disebut Tenang saat Mengobrol

Megapolitan
BOY STORY Bawakan Lagu 'Dekat di Hati' Milik RAN dan Joget Pargoy

BOY STORY Bawakan Lagu "Dekat di Hati" Milik RAN dan Joget Pargoy

Megapolitan
Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com