JAKARTA, KOMPAS.com - Kekerasan terhadap remaja maupun dilakukan oleh remaja marak terjadi akhir-akhir ini.
Salah satu kasus kekerasan remaja yang mencuri perhatian publik adalah penganiayaan yang dilakukan Mario Dandy Satrio (20), putra eks Kepala Bagian Umum Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jakarta Selatan II Rafael Alun Trisambodo.
Mario menganiaya seorang remaja bernama David (19), sampai korban mengalami koma dan harus dirawat di rumah sakit.
Berkaca dari kasus tersebut, sosiolog Universitas Gadjah Mada AB Widyanta mengatakan bahwa para orangtua penting untuk belajar dan introspeksi diri.
Baca juga: Mario Dandy Aniaya D, Sosiolog: Bentuk Protes Hidup dan Cara Mencari Perhatian
Pria yang akrab disapa Abe itu menilai, ada peran penting orangtua yang terlewatkan, yang memicu anak-anak melakukan tindak pidana kekerasan.
Ia menambahkan, fenomena tindakan kekerasan yang dilakukan remaja akhir-akhir ini perlu mendapatkan perhatian semua orangtua dari semua lapisan masyarakat.
"Nah, saya tidak melihat bahwa anak-anak remaja ini pelaku sepenuhnya saat mereka melakukan kekerasan. Yang mesti berkaca dan kritik atas anak remaja kita melakukan seperti ini adalah orang-orangtua yang seringkali tidak memberikan ruang dan tempat kreatif," ujar Abe kepada Kompas.com, Selasa (7/3/2023).
Menurut Abe, para orangtua bertanggung jawab dan harusnya memberikan tempat tumbuh yang baik bagi anak-anak dan remaja.
"Maka mereka (para remaja) ini walaupun pelaku kekerasan, mereka ini adalah korban dari pelaku pendidikan yang tidak memadai bagi pertumbuhan mereka," tutur Abe.
"Hai orangtua se-Indonesia, intropeksilah. Orangtua di sini termasuk orangtua di famili, orangtua di sekolah (guru), dan masyarakat di sekitarnya," imbuh dia.
Saat anak tumbuh dengan perhatian dan pendidikan yang kurang dari orangtuanya, kata Abe, maka potensi mereka melakukan hal buruk demi mencari perhatian sangat mungkin terjadi.
Kurangnya perhatian dan pendidikan yang bijak dari orangtua juga kerap terjadi akibat kesibukan kedua orangtua mengejar karier dan mencari uang dari tempat bekerja.
Baca juga: Hari Ini, Polda Metro Jaya Periksa AG Pacar Mario sebagai Pelaku Kasus Penganiayaan D
Tidak hanya itu, gelimang harta kekayaan menjadi faktor ketiga yang memicu remaja melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain, setelah gagalnya tripusat pendidikan dan pengaruh revolusi 4.0 yang tidak dikontrol dengan baik oleh remaja tersebut.
Tripusat pendidikan yang dimaksud yakni pendidikan dan perhatian dari orangtua atau keluarga di rumah, pendidikan di sekolah, dan didikan di masyarakat.
"Jadi ini kalau mau dikatakan inilah lingkaran setan bagaimana kita mendidik dalam posisi, kesesatan kita mendidik remaja-remaja kita," ucap dia.
Untuk itu, Abe mengingatkan bahwa saat ini merupakan waktu bagi para orangtua di rumah, sekolah, dan masyarakat memberikan pelajaran dan pendidikan penting atas nilai-nilai kemanusiaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.