JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak sedikit warga Kampung Bayam yang masih bertahan di dalam tenda beratap terpal biru di depan Jakarta International Stadium (JIS), Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Mereka terpaksa mendirikan tenda sebagai tempat tinggal sementara karena tidak sanggup membayar kontrakan usai kediamannya tergusur untuk proyek JIS.
Sebagai gantinya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membangun rumah susun yang bernama Kampung Susun Bayam untuk tempat tinggal warga yang terdampak.
Baca juga: Tenda Bakal Dibongkar, Warga Kampung Bayam Bertahan dan Masih Perjuangkan KSB
Kendati demikian, Pemprov DKI sampai saat ini belum memberikan hunian tersebut sehingga warga terpaksa mendirikan tenda sambil menanti janji pemangku wilayah.
Padahal, masing-masing warga sudah mendapatkan Surat Keputusan (SK) dan nomor hunian untuk tinggal di KSB.
Kompas.com berkesempatan menyambangi tenda warga Kampung Bayam yang berlokasi di Jalan Sunter Permai Raya pada Senin (18/9/2023) pukul 09.00 WIB.
Dari luar tenda, sekitar tempat tinggal mereka terlihat gersang karena tidak ada pepohonan. Sementara, JIS yang digadang-gadangkan sebagai tempat pertandingan Piala Dunia U17 2023 pada November 2023 mendatang itu berdiri gagah di belakang tenda.
Saat Kompas.com mulai memasuki tenda pada pukul 09.29 WIB, aroma masakan menyeruak karena seorang ibu rumah tangga (IRT) sedang menyiapkan makanan.
Baca juga: Gelisah Tendanya Akan Dibongkar, Warga Kampung Bayam: Harus Ada Solusi yang Benar
Namun, bau selokan juga terkadang terasa karena tenda ini berdiri di atas saluran air.
Sementara, warga lain terlihat bercengkrama. Namun, ada juga yang tengah tertidur pulas beralaskan kain meski hawa panas terasa saat matahari tepat "di atas" kepala.
Paul (58), salah satu warga Kampung Bayam mengungkapkan, terdapat tujuh kartu keluarga (KK) yang tinggal di dalam tenda.
Dari jumlah KK tersebut, terdapat anak yang masih bersekolah dan bahkan ada yang masih balita.
Di sisi bagian dalam tenda lain, terdapat satu ruangan sebagai tempat mandi cuci kakus (MCK).
Baca juga: Warga Kampung Bayam Harap-harap Cemas, Dapat Kabar Tendanya Bakal Dibongkar
Mereka memanfaatkan batas pagar besi JIS untuk menjemur pakaian. Namun, ada juga pakaian kotor warga yang digantungkan di tali tambang.
Warga menyekat setiap kamar dengan sehelai kain sehingga ruang privasi masih terasa.