JAKARTA, KOMPAS.com - Sopir bus PO Shantika bernama Parno (60) mengaku pernah memasang klakson telolet sekitar lima tahun lalu. Namun sekarang dia tidak mau lagi memasangnya.
"Saya pernah pasang klakson telolet, habis itu rusak dan saya malas betulinnya karena mahal," kata dia kepada Kompas.com di Terminal Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Senin (25/3/2024).
Kala itu, klakson telolet sedang viral dan Parno ingin ikut meramaikannya. Namun, belakangan ia tidak lagi memasangnya karena rusak.
Alasan Parno tidak membetulkannya dengan membeli baru adalah harga klakson telolet yang cenderung mahal.
Baca juga: Setuju Larangan Pasang Klakson Telolet, Sopir Bus: Terlalu Bahaya
Saat itu, harga klakson telolet beragam. Namun, kisaran harga untuk jenis yang Parno pilih adalah Rp 500.000-Rp 600.000-an.
"Kalau yang lebih bagus lagi, ada harganya Rp 1 juta sampai Rp 2 jutaan," ujar dia.
Lebih lanjut, perusahaan tidak memfasilitasi penggunaan klakson telolet. Setiap sopir yang ingin memasangnya harus mengeluarkan uang sendiri.
Sopir bus PO BEJEU bernama Romli (41) pun pernah memasang klakson telolet. Harganya pada saat itu adalah Rp 700.000.
Sama dengan Parno, ia memakai uang pribadinya untuk memasang klakson telolet.
"Tapi ada juga perusahaan yang beliin telolet, cuma dipotong dari gaji sopir. Jadi sebenarnya sama saja sih pakai uang sopir juga," kata Romli di Terminal Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur, Senin (25/3/2024).
Baca juga: Diduga Ada Kebocoran, Bensin di SPBU Bekasi Tercampur Air hingga Bikin Kendaraan Mogok
Seiring berjalannya waktu, Romli mencopotnya dan enggan memasangnya kembali.
Saat ini, ia tidak berminat memasang kembali atau membeli klakson telolet yang baru karena harganya sudah mahal.
"Sekarang bisa sampai Rp 6 jutaan, jadi malas untuk beli karena pakai uang pribadi," tutur Romli.
Parno dan Romli memiliki alasan lain mengapa mereka enggan memasang kembali klakson telolet.
Mereka ingin menghindari razia dari Dishub. Sebab, mereka adalah sopir bus reguler yang sering keluar masuk terminal.