Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna hingga Tewas

Kompas.com - 16/05/2024, 06:20 WIB
Shinta Dwi Ayu,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

 

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekitar 436 mahasiswa baru terancam gagal masuk Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta imbas kasus penganiayaan taruna bernama Putu Satria Ananta Rustika (19) hingga tewas di tangan seniornya.

"Berdasarkan tes akademik yang ada dan kita lihat dari hasil yang dikeluarkan Badan Kepegawaian Negara (BKN) ada sekitar 463 taruna maupun taruni yang sudah melakukan tes akademik," kata Jarry Rinaldi (50) Koordinator forum orangtua calon taruna (catar) STIP Jakarta 2024 di Markas Corps Alumni Akademi Ilmu Pelayaran, Koja, Jakarta Utara, Rabu (15/5/2024).

Baca juga: Tidak Cukup Dibebastugaskan, Direktur STIP Diminta Bertanggung Jawab secara Hukum

Di tengah proses seleksi penerimaan catar itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi melakukan moratorium penerimaan mahasiswa dan mahasiswi baru STIP di tahun 2024.

Menyusul keputusan Menhub, STIP juga mengeluarkan surat pernyataan terkait pemberhentian sementara proses seleksi catar pada Sabtu (11/5/2024).

Para orangtua catar STIP merasa berkeberatan dengan keputusan tersebut. Pasalnya, para catar sudah melakukan berbagai persiapan, baik secara fisik dan juga akademik.

Orangtua para catar berharap agar seleksi penerimaan mahasiswa baru di STIP bisa kembali dilaksanakan.

"Kami berharapnya adalah dilanjutkan. Kenapa? Kalau mau diadakan moratorium jangan diputus harapan anak-anak kita karena ini sudah melakukan tes. Kalau belum (tes) monggo dilakukan (moratorium), tapi ini kan sudah di tengah-tengah proses tes," sambung Jarry.

 Baca juga: Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai Kompori Tegar untuk Memukul

Tes kedua para catar seharusnya dilakukan pada Senin (13/5/2024), tetapi tertunda karena adanya kebijakan dari Menhub dan STIP.

Ditundanya penerimaan mahasiswa baru STIP membuat orangtua catar terkejut. Sebab, pihak STIP dan Kemenhub tidak mengajak mereka berdiskusi terlebih dahulu sebelum mengeluarkan kebijakan itu.

"Tidak ada upaya berdiskusi sebenarnya dari Kemenhub atau STIP. Tapi, dari kita malah yang datang waktu itu ke STIP menanyakan masalah surat pernyataan ini. Tapi, jawaban STIP menunggu keputusan dari BPSDM," pungkas Jarry.

Diberitakan sebelumnya, Putu dianiaya seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21), hingga tewas.

Tegar memukul bagian ulu hati Putu sebanyak lima kali sampai akhirnya terkapar dan lemas.

Selain dipukul, Tegar juga menarik lidah Putu hingga jalur pernapasannya tertutup.

Bukan hanya Tegar, tiga taruna tingkat dua STIP yakni A, W, dan K yang ikut melancarkan aksi penganiayaan ini juga ditetapkan menjadi tersangka dan ditahan oleh polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Megapolitan
Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Megapolitan
Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Megapolitan
Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Megapolitan
Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

Megapolitan
Cerita Pedagang Siomay Rangkul Sesama Perantau di Jakarta untuk Berkurban di Kampung Halaman

Cerita Pedagang Siomay Rangkul Sesama Perantau di Jakarta untuk Berkurban di Kampung Halaman

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk di Pasar Rebo Jaktim, Warga: Kaget Lihat yang Lain Sudah Dipotong

Sapi Kurban Mengamuk di Pasar Rebo Jaktim, Warga: Kaget Lihat yang Lain Sudah Dipotong

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com