Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Agus, Lansia Pengangkut Sampah yang Hanya Terima Rp 500 dari Satu Rumah Setiap Harinya

Kompas.com - 27/05/2024, 11:07 WIB
Ruby Rachmadina,
Fitria Chusna Farisa

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com - Sebelas tahun sudah Agus (74) bekerja sebagai pengangkut sampah. Usia yang sudah lanjut tak menghentikan semangat warga Cemplang, Kelurahan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat itu untuk mencari nafkah.

Setiap hari sejak tahun 2013, Agus bekerja mengangkut sampah rumah tangga di rumah-rumah warga RW 13, Kelurahan Cilendek Barat, Kota Bogor.

Ia memulai hari lebih pagi dibanding matahari, yakni pukul 04.00 WIB.

Bermodalkan gerobak sampah berwarna kuning pemberian Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Agus berkeliling mengambil sampah dari tempat sampah yang diletakkan warga di depan rumah masing-masing.

Agus mengaku sudah terbiasa melihat atau menghirup bau dari benda-benda tak sedap hasil sampah rumah tangga.  Menurutnya, sampah bukan hal yang menjijikkan.

Baca juga: Sempat Mogok Kerja, Sopir Truk Sampah di Bogor Bertugas Kembali

“Enggak ada jijik. Lebih jijik kalau saya enggak beri manfaat kepada orang terutama orang-orang terdekat saya,” ucap Agus saat ditemui Kompas.com, Senin (27/5/2024).

Sambil memilah sampah, Agus bercerita soal penghasilannya yang minim. Sebagai pengangkut sampah, ia dibayar secara sukarela oleh warga sekitar.

Kata Agus, satu rumah warga yang sampahnya ia angkut hanya membayar Rp 500 setiap harinya. Jika dikalkulasikan dalam sebulan, Agus hanya mendapatkan upah sebesar Rp 400.000.

“Setiap rumah warga itu cuma bayar 500 perak, itu juga kalau bayar semua. Total bersih dalam sebulan saya cuma dapat itu Rp 400.000,” ucapnya.

“Saya tidak diberi upah sama pemerintah, enggak ada ikatan. Saya dari warga aja yang penting sampah enggak numpuk, saya enggak akan berhenti,” tutur Agus.

Kendati begitu, Agus mengaku tetap bersyukur. Uang yang Agus terima dari hasil mengangkut sampah itu mampu menghidupi seorang istri dan tujuh orang anaknya yang kini telah bekeluarga.

“Kalau dihitung mungkin kelihatannya tidak cukup. Tapi, kalau disyukuri saya bisa ngehidupin bahkan sampai nikahin tujuh anak saya, sekarang udah pada berkeluarga punya penghasilan sendiri. Tapi jalan Allah emang enggak pernah bisa disangka manusia kayak kita,” ujarnya.

Sebenarnya, anak-anak Agus telah melarang sang ayah untuk bekerja. Bahkan, Agus dan sang istri bisa diurus oleh anak-anak mereka. 

Namun Agus mengaku tak ingin menjadi beban. Di lain sisi, Agus juga masih merasa kuat dan sehat untuk bekerja.

Dikatakan Agus, dalam usia yang tak lagi muda, ia tak merasakan keluhan penyakit apa pun.

Pernah suatu ketika Agus merasakan sakit kepala. Namun, itu pun karena ia tak sarapan sebelum berangkat kerja.

“Alhamdulillah enggak ada sakit apa-apa. Bapak (Agus) masih bisa jalan, kalau bahasa Sundanya ‘jagjag’ kalau sakit paling sakit kepala biasa kalau lupa sarapan pagi aja,” ujarnya.

Baca juga: Tukang Sampah di Cilincing Tewas Diserang Pelaku Tawuran, Kupingnya Nyaris Putus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Asa Pemulung yang Tinggal di Kolong Jembatan, Berharap Uluran Tangan Pemerintah

Asa Pemulung yang Tinggal di Kolong Jembatan, Berharap Uluran Tangan Pemerintah

Megapolitan
Warga Matraman Keluhkan Air Mati Setiap Malam, Berbulan-bulan Tak Ada Perbaikan

Warga Matraman Keluhkan Air Mati Setiap Malam, Berbulan-bulan Tak Ada Perbaikan

Megapolitan
'Ada Pedagang Warkop Kecil di Pinggir Jalan, Bisa Kasih Hewan Kurban ke Sini...'

"Ada Pedagang Warkop Kecil di Pinggir Jalan, Bisa Kasih Hewan Kurban ke Sini..."

Megapolitan
Penghuni Kolong Jembatan Keluhkan Air Sungai Ciliwung Bau Usai Pemotongan Hewan Kurban

Penghuni Kolong Jembatan Keluhkan Air Sungai Ciliwung Bau Usai Pemotongan Hewan Kurban

Megapolitan
Waswasnya Warga yang Tinggal di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi pada Musim Hujan...

Waswasnya Warga yang Tinggal di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi pada Musim Hujan...

Megapolitan
Jumlah Kambing Kurban di Masjid Sunda Kelapa Menurun, Pengurus: Kualitas yang Utama, Bukan Kuantitas

Jumlah Kambing Kurban di Masjid Sunda Kelapa Menurun, Pengurus: Kualitas yang Utama, Bukan Kuantitas

Megapolitan
Lebaran yang Seperti Hari Biasanya di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi

Lebaran yang Seperti Hari Biasanya di Kolong Jembatan Jalan Sukabumi

Megapolitan
Polisi Tangkap 3 Tersangka Pemalsuan Uang Rp 22 Miliar di Jakarta Barat

Polisi Tangkap 3 Tersangka Pemalsuan Uang Rp 22 Miliar di Jakarta Barat

Megapolitan
Ibu Asal Bekasi yang Cabuli Anaknya Jalani Tes Kesehatan Mental

Ibu Asal Bekasi yang Cabuli Anaknya Jalani Tes Kesehatan Mental

Megapolitan
OTK Konvoi di Kemayoran, Tembak Warga Pakai 'Airsoft Gun'

OTK Konvoi di Kemayoran, Tembak Warga Pakai "Airsoft Gun"

Megapolitan
Jumlah Kambing yang Dikurbankan di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Menurun Drastis

Jumlah Kambing yang Dikurbankan di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Menurun Drastis

Megapolitan
Masjid Sunda Kelapa Bagikan 4.000 Kantong Daging Kurban, Ada dari Ma'ruf Amin hingga Megawati

Masjid Sunda Kelapa Bagikan 4.000 Kantong Daging Kurban, Ada dari Ma'ruf Amin hingga Megawati

Megapolitan
Anies Baswedan: Lebih Penting 'Ngomongin' Kampung Bayam...

Anies Baswedan: Lebih Penting "Ngomongin" Kampung Bayam...

Megapolitan
Anies Sembelih Sapi Kurban Sendiri: Saya Membayangkan Bagaimana Rasanya Menjadi Ibrahim

Anies Sembelih Sapi Kurban Sendiri: Saya Membayangkan Bagaimana Rasanya Menjadi Ibrahim

Megapolitan
Penjual Hewan Kurban di Bekasi Bikin Promo: Beli Sapi Gratis Domba dan Golok

Penjual Hewan Kurban di Bekasi Bikin Promo: Beli Sapi Gratis Domba dan Golok

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com