BOGOR, KOMPAS.com - Sebelas tahun sudah Agus (74) bekerja sebagai pengangkut sampah. Usia yang sudah lanjut tak menghentikan semangat warga Cemplang, Kelurahan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat itu untuk mencari nafkah.
Setiap hari sejak tahun 2013, Agus bekerja mengangkut sampah rumah tangga di rumah-rumah warga RW 13, Kelurahan Cilendek Barat, Kota Bogor.
Ia memulai hari lebih pagi dibanding matahari, yakni pukul 04.00 WIB.
Bermodalkan gerobak sampah berwarna kuning pemberian Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Agus berkeliling mengambil sampah dari tempat sampah yang diletakkan warga di depan rumah masing-masing.
Agus mengaku sudah terbiasa melihat atau menghirup bau dari benda-benda tak sedap hasil sampah rumah tangga. Menurutnya, sampah bukan hal yang menjijikkan.
Baca juga: Sempat Mogok Kerja, Sopir Truk Sampah di Bogor Bertugas Kembali
“Enggak ada jijik. Lebih jijik kalau saya enggak beri manfaat kepada orang terutama orang-orang terdekat saya,” ucap Agus saat ditemui Kompas.com, Senin (27/5/2024).
Sambil memilah sampah, Agus bercerita soal penghasilannya yang minim. Sebagai pengangkut sampah, ia dibayar secara sukarela oleh warga sekitar.
Kata Agus, satu rumah warga yang sampahnya ia angkut hanya membayar Rp 500 setiap harinya. Jika dikalkulasikan dalam sebulan, Agus hanya mendapatkan upah sebesar Rp 400.000.
“Setiap rumah warga itu cuma bayar 500 perak, itu juga kalau bayar semua. Total bersih dalam sebulan saya cuma dapat itu Rp 400.000,” ucapnya.
“Saya tidak diberi upah sama pemerintah, enggak ada ikatan. Saya dari warga aja yang penting sampah enggak numpuk, saya enggak akan berhenti,” tutur Agus.
Kendati begitu, Agus mengaku tetap bersyukur. Uang yang Agus terima dari hasil mengangkut sampah itu mampu menghidupi seorang istri dan tujuh orang anaknya yang kini telah bekeluarga.
“Kalau dihitung mungkin kelihatannya tidak cukup. Tapi, kalau disyukuri saya bisa ngehidupin bahkan sampai nikahin tujuh anak saya, sekarang udah pada berkeluarga punya penghasilan sendiri. Tapi jalan Allah emang enggak pernah bisa disangka manusia kayak kita,” ujarnya.
Sebenarnya, anak-anak Agus telah melarang sang ayah untuk bekerja. Bahkan, Agus dan sang istri bisa diurus oleh anak-anak mereka.
Namun Agus mengaku tak ingin menjadi beban. Di lain sisi, Agus juga masih merasa kuat dan sehat untuk bekerja.
Dikatakan Agus, dalam usia yang tak lagi muda, ia tak merasakan keluhan penyakit apa pun.
Pernah suatu ketika Agus merasakan sakit kepala. Namun, itu pun karena ia tak sarapan sebelum berangkat kerja.
“Alhamdulillah enggak ada sakit apa-apa. Bapak (Agus) masih bisa jalan, kalau bahasa Sundanya ‘jagjag’ kalau sakit paling sakit kepala biasa kalau lupa sarapan pagi aja,” ujarnya.
Baca juga: Tukang Sampah di Cilincing Tewas Diserang Pelaku Tawuran, Kupingnya Nyaris Putus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.