JAKARTA, KOMPAS.com - "Mas, ayo kita jalan-jalan," ucap Hakim Binsar Gultom, Kamis (23/6/2016), menirukan perkataan AAP (12), siswi madrasah yang tewas di Perhutani Jasinga, Bogor.
Sepotong ajakan tersebut menjadi awal mula pembunuhan sadis oleh Anwar alias Rizal (34) kepada adik sepupunya sendiri pada 22 Oktober 2015 silam.
Siang itu, sekitar pukul 14.00, AAP yang baru pulang sekolah menghampiri Rizal yang bekerja sebagai tukang parkir di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Ajakan AAP yang berharap diajak rjalan-jalan naik motor ke tempat rekreasi, langsung memancing niat jahat Rizal.
Dengan meminjam motor Supra milik bos-nya, Rizal mengajak AAP berputar-putar dari Jatipulo, Cengkareng, Legok, Curug, sebelum sampai di Perhutani, Jasinga.
AAP yang masih lugu hanya disuruh diam setiap kali menanyakan tujuan dan maksud Rizal. AAP yang bingung pun hanya bisa meminta pulang.
Namun, sesampai di areal Perhutani, Petak 17a RPH, Tenjo, Desa Pangaur, Jasinga, Kabupaten Bogor itu, Rizal malah menggerayangi dan merayu AAP untuk melakukan persetubuhan. Ia tak menghiraukan penolakan dan pemberontakan AAP.
AAP pun hanya bisa pasrah karena diancam akan ditinggal di hutan itu sendirian jika tak mau melayani nafsu Rizal.
Setelah melampiaskan hasratnya, sembari memakai pakaian masing-masing, Rizal meminta kepada AAP untuk tidak memberitahukan hal ini kepada keluarga mereka.
"Gimana nanti aja, omong sama mama atau enggak, pasti AAP ngomong sama mama," kata AAP pada waktu itu.
Rizal yang panik dan bingung pun memutuskan untuk menghabisi nyawa siswi Madrasah Tsanawiyah Al-Mubarak, Jakarta Pusat itu.
Bermodalkan sebongkah batu gunung di dekat kakinya, AAP yang masih merapikan bajunya itu dihujam dari belakang oleh Rizal. Setelah terjatuh, sambil mengeluh kepalanya kesakitan, AAP menanyakan mengapa Rizal berbuat demikian.
Rizal yang gelap mata hanya menghantam AAP dengan batu berkali-kali di wajah hingga anak itu tak bernafas lagi.
Setelah memastikan AAP tewas, Rizal menggeser mayat dan batu itu sekitar tiga meter, dan membakar seragam AAP sebelum pulang ke Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, Rizal pulang ke istri dan anaknya di Rusun Karet Tengsin, Jakarta Pusat, dan kembali beraktivitas seperti biasa.
Keluarga AAP yang juga tinggal di rusun itu menanyakan kepada Rizal keberadaan AAP. Kepada ibu AAP, Rizal hanya menjawab tidak tahu.
Setelah mayat AAP ditemukan dan divisum, Rizal yang takut perbuatannya terendus segera memboyong istri dan anaknya untuk pindah ke Pandeglang, Banten. Hingga sebulan kemudian, 24 November 2015, polisi membekuk Rizal dan menetapkannya sebagai tersangka pembunuhan AAP.