Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petugas Kebersihan Ingin Dapat Jatah Rusun

Kompas.com - 27/05/2014, 15:12 WIB
Dian Fath Risalah El Anshari

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kerasnya hidup di Kota Jakarta tidak membuat Ningsih (58) menyerah begitu saja. Tanpa lelah, pada usianya yang sudah mulai memasuki senja tersebut, ia masih terus bekerja menyapu jalanan Ibu Kota.

Sebagai petugas kebersihan DKI Jakarta, nenek tiga cucu itu berhadapan dengan sampah dan debu jalanan. Ironisnya, haknya sebagai pekerja pernah tertahan. Ningsih mengungkapkan, dia pernah tidak mendapat honor selama lima bulan. Meskipun akhirnya dibayarkan, honor itu dipotong.

"Kemarin waktu dapat gaji yang 4 bulan, dipotong Rp 400.000, katanya sih karena kita ngutang. Yah, saya mah ikhlas saja, yang penting bisa bayar kontrakan dan utang di mana-mana," ujar Ningsih kepada Kompas.com, Selasa (27/5/2014).

Ia melanjutkan, dia belum menerima honor bulan Mei. Dia berharap honornya bulan ini tidak dipotong karena dia telanjur berutang ke rentenir. Utangnya sebesar Rp 1 juta dengan bunga Rp 200.000 per bulan.

"Belum lagi buat bayar kontrakan sebulannya Rp 500.000, sedangkan gaji saja saya dapatnya Rp 2,4 Juta kalau tiap hari masuk. Kalau enggak masuk, kan kena potongan," ujarnya.

Oleh karena itu, ia menginginkan agar para petugas kebersihan diberi satu unit rumah susun subsidi. "Kalau dapat rumah susun kan lumayan juga sedikit bisa mengurangi beban," ujar wanita asal Sukabumi tersebut.

Ia mengungkapkan, salah satu temannya yang juga bekerja sebagai petugas kebersihan sempat mengalami kesulitan saat mengajukan rumah susun di Marunda. "Lumayan lama juga itu ngajuinnya sampai enam bulan baru dapat, padahal kalau orang berduit saja cepat banget dapat unit di sana. Banyak kan yang pada punya mobil tinggal di rusun," keluhnya.

Ia sangat berharap agar pemerintah dapat mempertimbangkan usulannya tersebut, dan dapat segera membayarkan gajinya untuk dapat menyambung hidupnya. "Semoga Pak Ahok bisa mendengarkan apa yang kami sampaikan," harapnya.

Seperti diberitakan, sejumlah penyapu jalan dan petugas kebersihan di tingkat lapangan di Jakarta Utara belum menerima honor secara langsung dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pasalnya, kartu anjungan tunai mandiri dan rekening mereka masih dipegang perusahaan rekanan Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

Tidak hanya itu, beberapa petugas, Rabu (21/5/2014), juga mengatakan bahwa upah mereka dipotong perusahaan. Gl (52), petugas kebersihan di Koja, Jakarta Utara, mengatakan hanya menerima upah Rp 1,5 juta pada bulan ini atau lebih rendah dari seharusnya, Rp 2,4 juta.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Bentrok Dua Ormas di Pasar Minggu Mereda Usai Polisi Janji Tangkap Terduga Pelaku Pembacokan

Megapolitan
Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Tak Mau Sukses Sendiri, Perantau Asal Gunung Kidul Gotong Royong Bangun Fasilitas di Kampung

Megapolitan
Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Kisah Dian, Seniman Lukis Piring yang Jadi Petugas Kebersihan demi Kumpulkan Modal Sewa Lapak

Megapolitan
Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Sempat Sidak Alun-alun Bogor, Pj Wali Kota Soroti Toilet hingga PKL di Trotoar

Megapolitan
Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com