Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Pak Ahok, Please Jangan Lebay"

Kompas.com - 09/12/2014, 12:49 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berencana mendongkrak gaji lurah hingga mencapai Rp 25 juta per bulan. Rencana tersebut menuai komentar dari warga Jakarta.

Seperti yang diucapkan Maria Regina (27), warga Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok. Maria berpendapat, rencana menaikkan gaji lurah hingga Rp 25 juta sangat tidak masuk akal karena, menurut dia, selama ini tidak ada kinerja signifikan dari lurah-lurah di Jakarta. 

"Jadi Pak Ahok, please jangan lebay. Yang bener aja, masa gaji lurah Rp 25 juta," ujar Maria ketika dijumpai di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Selasa (9/12/2014).

Maria pun membandingkannya dengan gaji buruh biasa yang hanya naik Rp 300.000, dari UMP sebesar Rp 2,4 juta menjadi Rp 2,7 juta. Menurut dia, nominal itu berbeda jauh dengan gaji lurah.

Walau tidak tahu nominal gaji pegawai negeri sipil (PNS) biasa, Maria yakin besarannya masih jauh dari gaji lurah yang direncanakan oleh Basuki.

Maria mengaku tidak bisa membayangkan besaran gaji yang akan diterima oleh camat hingga wali kota di Jakarta. Jika lurah digaji Rp 25 juta per bulan, dia berkesimpulan bahwa gaji camat dan wali kota akan jauh lebih besar lagi, belum lagi jika ditambah tunjangan-tunjangan lain.

"Lurah kan enggak kerja apa-apa. Masa gaji naiknya segitu. Tunjangannya banyak juga lagi. Aduh, kalau lurah begitu, saya jadi lurah ajalah daripada jadi karyawan, ha-ha-ha...," ujar Maria.

Komentar juga datang dari Sita Suryani, warga Kelurahan Petogogan, Jakarta Selatan. Menurut dia, gaji Rp 25 juta bagi lurah ini harus dikaji ulang. [Baca: Ahok Akan Dongkrak Gaji Lurah hingga Rp 25 Juta]

Sita meragukan apakah kinerja lurah benar-benar bisa meningkat dengan mendapat gaji sebesar itu. Sita khawatir besaran gaji yang diterima lurah malah menjadi tidak sebanding dengan kinerjanya.

"Mungkin tugas pokoknya besar. Akan tetapi, apa yakin kalau digaji Rp 25 juta, mereka semakin baik dalam bertugas? Jangan-jangan malah terlena dan jadi lalai. Makanya, harus ada kajian dulu, jangan asal naik. Rp 25 juta itu angka dari mana," ujar Sita yang juga dijumpai di kawasan Sawah Besar.

Pendapat berbeda dilontarkan Ardi Ramadan, warga Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Ardi menilai, tidak ada yang salah jika gaji lurah ingin dinaikkan, asalkan kenaikan gaji tersebut masuk akal dan sesuai dengan tugas pokok.

Walau demikian, Ardi menilai bahwa gaji Rp 25 juta itu sudah berlebihan. "Gaji naik kalau kerja makin bagus ya enggak masalah. Akan tetapi, kayaknya enggak harus sampai Rp 25 juta juga kali yah," ujar Ardi.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama berencana mendongkrak gaji para pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI demi mengoptimalkan pelayanan.

"Kami ingin mendongkrak gaji lurah hingga Rp 25 juta per bulan. Mereka perlu gaji tinggi karena mengurusi orang, mulai dari lahir hingga lansia. Sementara itu, para kepala dinas akan diberi gaji Rp 60 juta per bulan," kata Ahok dalam wawancara khusus dengan Kompas, Senin (8/12/2014).

Ahok menjelaskan, mesin kerja birokrasi berada di level kelurahan, sedangkan camat adalah manajer. "Adapun kepala dinas menjadi pembimbing teknis. Lurah itu seperti estate manager yang menyerupai kepala panti karena mengurus orang dari janin sampai lansia," tekan Ahok.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Optimistis Seniman Jalanan Karyanya Dihargai meski Sering Lukisannya Terpaksa Dibakar...

Megapolitan
Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Kampung Konfeksi di Tambora Terbentuk sejak Zaman Kolonial, Dibuat untuk Seragam Pemerintahan

Megapolitan
Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Razia Dua Warung Kelontong di Bogor, Polisi Sita 28 Miras Campuran

Megapolitan
Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Tanda Tanya Kasus Kematian Akseyna yang Hingga Kini Belum Terungkap

Megapolitan
Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Pedagang di Sekitar JIExpo Bilang Dapat Untung 50 Persen Lebih Besar Berkat Jakarta Fair

Megapolitan
Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Beginilah Kondisi Terkini Jakarta Fair Kemayoran 2024...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

[POPULER JABODETABEK] Akhir Pelarian Perampok 18 Jam Tangan Mewah di PIK 2 | Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Minggu

Megapolitan
Diduga Joging Pakai 'Headset', Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Diduga Joging Pakai "Headset", Seorang Pria Tertabrak Kereta di Grogol

Megapolitan
Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Pemeras Ria Ricis Gunakan Rekening Teman untuk Tampung Uang Hasil Pemerasan

Megapolitan
Anies Bakal 'Kembalikan Jakarta ke Relnya', Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Anies Bakal "Kembalikan Jakarta ke Relnya", Pengamat: Secara Tak Langsung Singgung Heru Budi

Megapolitan
Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Pedagang Kerak Telor di PRJ Mengeluh Sepi Pembeli: Dulu Habis 50 Telor, Kemarin Cuma 10

Megapolitan
Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Keluarga Akseyna Minta Polisi Dalami Penulis Lain dalam Surat Wasiat sesuai Analisis Grafolog

Megapolitan
Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Kasus Akseyna Berlanjut, Keluarga Sebut Ada Informasi yang Belum Diterima Penyidik Baru

Megapolitan
SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

SP2HP Kedua Terbit, Keluarga Akseyna: Selama Ini Sering Naik Turun, Pas Ramai Baru Terlihat Pergerakan

Megapolitan
Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Polisi Terbitkan SP2HP Kedua Terkait Kasus Akseyna, Keluarga Berharap Aparat Jaga Momentum

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com