Diperlukan proses panjang sehingga nama pejuang Bekasi itu diakui sebagai pahlawan nasional. (Baca: Jalan Taman Suropati dan Kisah Budak VOC yang Jatuh Cinta pada Putri Tuannya)
Menurut sejarawan Ali Anwar, pengajuan KH Noer Ali sebagai pahlawan nasional sudah dimulai lebih dari 10 tahun lalu.
"Kebetulan, itu berdasarkan penelitian yang saya buat, diajukan ke tim penilaian pahlawan nasional. Jadi orang itu jadi pahlawan nasional enggak ujuk-ujuk," ujar Ali kepada Kompas.com, Minggu (16/11/2015).
Sejak tahun 1994, nama KH Noer Ali mulai diajukan untuk menjadi pahlawan nasional ke Pemerintah Bekasi.
Kemudian, pengajuan tersebut diteruskan kepada pemerintah provinsi hingga ke pemerintah pusat.
Pengajuan pada saat itu belum berhasil menjadikan KH Noer Ali sebagai pahlawan nasional. (Baca: "KS Tubun Itu Pahlawan, tetapi Saya Enggak Tahu Pahlawan Apa")
Oleh Soeharto, presiden saat itu, dia hanya diberikan penghargaan Bintang Nararya, sebuah tanda kehormatan tertinggi untuk menghargai pihak yang secara luar biasa menjaga keutuhan Indonesia.
"Itu levelnya satu tingkat di bawah pahlawan nasional," ujar Ali.
Tidak berhenti sampai di situ, KH Noer Ali kembali diajukan sebagai pahlawan nasional setiap tahun.
Hingga pada 2006, KH Noer Ali berhasil mendapatkan predikat sebagai pahlawan nasional.
"Sekaligus penghargaan Bintang Mahaputra Adipadana juga, jadi 2006 itu dia dapat dua sekaligus," kata Ali.
Perjuangan Noer Ali tanpa seragam TNI
Meskipun demikian, menurut Ali, banyak persyaratan yang harus dipenuhi agar Noer Ali bisa diakui negara sebagai pahlawan nasional. (Baca: "Yang Saya Tahu, Otista Itu Tempat Servis Motor")
Salah satunya, tokoh tersebut tidak boleh berkhianat pada negara. Mengenai hal itu, dia yakin Noer Ali sudah memenuhi syarat tersebut.
Ali pun menceritakan kisah kepahlawanan Noer Ali. Ketika itu, Bekasi, Karawang, hingga Cikampek dikuasai oleh Belanda.