Cara Hamidi untuk mengecek minyak hasil olahan mesin buatannya sendiri pun sederhana.
Hamidi hanya membaca informasi dari internet tentang bahan bakar minyak jenis bensin dan solar.
Ia pun mengetes minyak yang hasilkan dari sampah plastik tersebut bersamaan dengan bensin dan solar yang dibeli di pom bensin.
"Kalau ngecek bensin premium, masukkin sterofoam saja. Kalau hancur, itu premium. Kalau solar, dimasukkin sterofoam itu enggak hancur. Begitu saja ngeceknya," ujar Hamidi.
Setelah dites secara sederhana, Hamidi pun mencoba BBM jenis premium yang dihasilkannya dari sampah tersebut sebagai bahan bakar sepeda motornya.
Sementara itu, BBM jenis solar dicobanya pada mobil bermesin diesel. Hasilnya, baik sepeda motor maupun mobil diesel itu bisa beroperasi normal.
Selama mencari cara mengubah sampah plastik menjadi BBM sintetis, Hamidi banyak mengubah alat atau mesin yang ia buat sendiri.
Hingga saat ini, Hamidi masih menyempurnakan alat pengolahan sampah yang diciptakannya itu. Menurut dia, alatnya itu belum sempurna sehingga masih harus diperbaiki di beberapa bagian.
Kini, Hamidi menjadi pekerja harian lepas (PHL) Pemerintah Kota Tangerang di bawah Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) dan diberi ruang bekerja di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Rawa Kucing.
Ke depannya, Hamidi berjanji akan menggunakan ilmunya tersebut untuk pemanfaatan sampah rumah tangga di tingkat komunitas RW atau RT wilayah Kota Tangerang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.