JAKARTA, KOMPAS.com — Data dari Daops I PT Kereta Api Indonesia (KAI) menyebutkan, setiap hari rata-rata ada dua hingga empat orang tertabrak kereta rel listrik (KRL) commuter line di Jabodetabek. Faktor inilah yang membuat PT KAI memutuskan perlu memagari rel.
"Tujuan dipagar itu untuk keselamatan masyarakat juga. Kasus orang ketabrak kereta itu 2-4 orang tiap harinya ada saja itu di seluruh Jabodetabek," kata Kepala Humas Daops I PT KAI Bambang Prayitno saat dihubungi, Jumat (27/5/2016).
Bambang mengatakan, jika ada tabrakan, perjalanan KRL pun jadi terhambat. Padahal, saat ini ada ratusan ribu orang yang menggantungkan perjalanannya pada moda transportasi itu.
"Jadi, (pemagaran) ini demi keselamatan masyarakat dan demi kelancaran perjalanan kereta juga," ujar Bambang.
Salah satu jalur rel yang sejauh sudah dipagari adalah dari Manggarai hingga Bogor. Pemagaran membuat sejumlah warga di sekitar rel kini tak leluasa menyeberang rel.
Sejumlah warga bahkan ada yang rela merogoh kocek Rp 2.000 untuk bisa menyeberang lewat stasiun. Hal seperti itu terjadi di Stasiun Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Uang Rp 2.000 yang dikenakan merupakan biaya minimum yang dikenakan terhadap orang yang masuk ke dalam stasiun.
Namun, ada pengelola stasiun menyiapkan akses khusus yang biasa ditempatkan tak jauh dari stasiun, salah satunya seperti di Stasiun Lenteng Agung. Di Stasiun Universitas Indonesia, pemerintah daerah setempat sudah membangun jembatan penyeberangan orang lintas rel.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.