Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Anak Saya Tiga Kali Masuk Rumah Sakit, Enggak Tahu Apa Efek dari Vaksin Palsu"

Kompas.com - 15/07/2016, 20:10 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - Sejumlah orangtua pasien pengguna vaksin di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Mutiara Bunda, Ciledug, Tangerang, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap penyebaran vaksin palsu.

Terlebih, para orangtua melihat pemberitaan di media massa yang menyebutkan RSIA Mutiara Bunda sebagai salah satu tempat yang terindikasi menggunakan vaksin palsu.

Salah satu orangtua, Novlinda, menyebutkan anak laki-lakinya yang berumur tiga tahun sudah cukup banyak menerima vaksin di rumah sakit tersebut. Namun, dalam perjalanannya, anak Novlinda sempat beberapa kali harus dirawat di rumah sakit.

"Anak saya tiga kali masuk rumah sakit, kena panas, diare, sama infeksi virus. Saya enggak tahu apakah (timbulnya penyakit) efek dari vaksin palsu ini," kata Novlinda kepada Kompas.com, Jumat (15/7/2016).

Sebelum tahu RSIA Mutiara Bunda sebagai tempat yang terindikasi memakai vaksin palsu, Novlinda sempat berharap anaknya tidak berurusan dengan hal tersebut. Tidak lama setelah itu, saudara Novlinda mengabarkan bahwa RSIA Mutiara Bunda disebut BPOM menggunakan vaksin palsu.

"Jangan sampai Mutiara Bunda kena vaksin palsu, tahu-tahu, kena juga. Masalahnya, anak saya tidak dapat kekebalan. Marah-marah sama dokter juga percuma," tutur Novlinda.

Orangtua pasien anak lainnya, Lilis Suryani, mengaku sudah mengeluarkan uang banyak untuk vaksin di RSIA Mutiara Bunda. Dia merasa sangat kecewa bila ternyata memang benar ada vaksin palsu yang diberikan kepada anaknya.

"Tahun 2013 saja harga vaksin Rp 400.000. Sekarang sudah Rp 600.000. Vaksinnya juga hampir selesai semua. Berapa juta sudah keluar banyak," ujar Lilis.

Para orangtua enggan mengikuti saran pihak rumah sakit agar tetap menunggu arahan selanjutnya dari Kementerian Kesehatan tentang vaksin. Menurut mereka, pihak rumah sakit seharusnya ikut bertanggung jawab karena vaksin yang diberikan bukan seperti vaksin di puskesmas.

"Kalau (vaksin) di puskesmas, kita nunggu dari pemerintah nanti mau gimana, enggak apa-apa. Ini kan beda, kitanya enggak pasti begini," ucap Tursina, orangtua pasien yang lain.

Adapun jenis vaksin yang diduga palsu tersebut adalah DPT (Dipteri Pertusis Tetanus). Menurut penanggung jawab vaksinasi RSIA Mutiara Bunda dr Toniman K SpA, jenis vaksin ini berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit dan merupakan jenis vaksin yang sering diberikan kepada anak. (Baca: Dokter RSIA Mutiara Bunda Akui Sulit Bedakan Mana Vaksin Asli dan Palsu)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tenda Pengungsi di Depan Kantor UNHCR Dibongkar, 15 WNA Diangkut Petugas Imigrasi

Tenda Pengungsi di Depan Kantor UNHCR Dibongkar, 15 WNA Diangkut Petugas Imigrasi

Megapolitan
Suami Bakar Istri di Tangerang, Pelaku Disebut Kesal Sering Dituduh Selingkuh

Suami Bakar Istri di Tangerang, Pelaku Disebut Kesal Sering Dituduh Selingkuh

Megapolitan
Saksikan Aksi Gila Suami Bakar Istri, Warga Cipondoh Langsung Bantu Padamkan Api

Saksikan Aksi Gila Suami Bakar Istri, Warga Cipondoh Langsung Bantu Padamkan Api

Megapolitan
Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Orangtua Nilai Proses Tak Transparan

Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Orangtua Nilai Proses Tak Transparan

Megapolitan
Dishub Jakarta Selatan Tertibkan Parkir Liar di Senopati Jaksel

Dishub Jakarta Selatan Tertibkan Parkir Liar di Senopati Jaksel

Megapolitan
Penyesalan Pembunuh Pria Lansia di Bogor : Maaf, Saya Terpengaruh Alkohol...

Penyesalan Pembunuh Pria Lansia di Bogor : Maaf, Saya Terpengaruh Alkohol...

Megapolitan
Sakit Hati Ditanya 'Mau Makan Apa', Seorang Pengamen Tega Bunuh Lansia di Bogor

Sakit Hati Ditanya "Mau Makan Apa", Seorang Pengamen Tega Bunuh Lansia di Bogor

Megapolitan
Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar untuk Atasi Banjir Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Proyek Pengerukan Kali Semongol Jakbar untuk Atasi Banjir Ditargetkan Rampung Akhir 2024

Megapolitan
Satpol PP Bongkar Tenda Pengungsi WNA di Depan Kantor UNHCR

Satpol PP Bongkar Tenda Pengungsi WNA di Depan Kantor UNHCR

Megapolitan
PDI-P Lebih Berpeluang Koalisi dengan PKS ketimbang Koalisi Bogor Maju pada Pilkada 2024

PDI-P Lebih Berpeluang Koalisi dengan PKS ketimbang Koalisi Bogor Maju pada Pilkada 2024

Megapolitan
Pengamen yang Tega Bunuh Lansia di Sungai Cidepit Bogor Mengaku Menyesal

Pengamen yang Tega Bunuh Lansia di Sungai Cidepit Bogor Mengaku Menyesal

Megapolitan
Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Panitia Prioritaskan Cabor Basket, Sepak Bola, dan Renang

Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Panitia Prioritaskan Cabor Basket, Sepak Bola, dan Renang

Megapolitan
Berawal dari Kejar Layangan, Bocah 8 Tahun Masuk Tol Cijago dan Tewas Tertabrak Mobil

Berawal dari Kejar Layangan, Bocah 8 Tahun Masuk Tol Cijago dan Tewas Tertabrak Mobil

Megapolitan
“Bokap dan Kakek Sudah di Tempat Jauh Lebih Baik, Sudah Enggak Sakit-sakit Lagi”

“Bokap dan Kakek Sudah di Tempat Jauh Lebih Baik, Sudah Enggak Sakit-sakit Lagi”

Megapolitan
Proyek Pengerukan Kali Semongol untuk Atasi Banjir Sudah Mencapai 30 Persen

Proyek Pengerukan Kali Semongol untuk Atasi Banjir Sudah Mencapai 30 Persen

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com