JAKARTA, KOMPAS.com — Jelaga sisa pembongkaran bangunan menyesakkan pelaju di Jalan Rawajati Barat, Selasa (6/9/2016) sore. Namun, dua anak SD Negeri Rawajati 07 Pagi, Dias dan Rofi, tertawa lebar di tengah jalan.
Bermodalkan sebuah bangku dan dus minuman, selama sepekan terakhir setiap sore pukul 15.00 WIB, Dias dan Rofi menggowes sepeda mereka dari kontrakan mereka di Jalan Pahlawan, Kalibata, untuk memungut uang parkir di ujung Jalan Rawajati Barat.
"Pulang sekolah tidur dulu, sore ke sini dah sampai malam," kata Dias kepada Kompas.com, Selasa.
Sebenarnya, tak banyak yang mereka lakukan. Sebab, arus kendaraan di sepanjang jalan itu sepi. Jalannya pun hanya muat untuk satu mobil. Namun, Dias dan Rofi melakukannya untuk menambah uang jajan.
Mereka khawatir akan nasib keluarga mereka setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta meruntuhkan rumah mereka dengan backhoe.
"Bapak saya punya warung kopi, tetapi belum tahu mau jualan lagi kapan, kalau bapaknya dia (Rofi) sama, jualan mi ayam pakai gerobak," kata Dias.
Sempat ada yang menyebut bahwa Jalan Rawajati Barat diblokade oleh anak-anak yang "memalak" uang parkir. Namun, kedua anak tersebut tidak pernah memaksa pengguna kendaraan yang melewat, hanya sesekali mengejar mobil sambil menyodorkan dus.
"Enggak maksa kita. Ya lumayan juga kadang-kadang dapat banyak," kata Rofi. (Baca: Anak Panti Asuhan di Rawajati Bukan Hanya Menangis Saat Digusur)
Keduanya mengaku tak ingin jadi juru parkir. Namun, di tengah kegundahan orangtua mereka, dua anak ini atas inisiatif sendiri mencari kesibukan yang menguntungkan bagi mereka.
"Enggak apa-apa dong kan enggak mengganggu. Malam tetap belajar," kata Rofi.