Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penolakan dan "Ojo Wedi-wedi" ala Djarot

Kompas.com - 16/11/2016, 08:43 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi penolakan di Pela Mampang, Mampang Prapatan pada Selasa (15/11/2016) menjadi kali keempat calon wakil gubernur DKI Jakart Djarot Saiful Hidayat ditolak saat blusukan.

Sepanjang hari itu pasca penolakan, tak tampak raut masam maupun ujaran kekesalan dari Djarot. Warga Pela Mampang menyemangatinya, putri Presiden pertama RI, Sukmawati Soekarnoputri, menguatkannya, dan warga Ragunan tertawa bersamanya.

Begitu pula barisan relawan dengan teriakan 'Merdeka!' menunggu Djarot pada Selasa malam, saat ia dipanggil oleh Bawaslu untuk mengklarifikasi penolakan yang dialaminya di Kembangan.

"Jengkel juga berapa kali dihadang, pertama kali masih sabar di Kalibaru, kedua masih sabar di Kembangan, ketiga di Karanganyar masih sabar juga, tadi di Bangka dihadang juga, tapi warga Bangka marah, yang usir warga Bangka sendiri," kata Djarot mencurahkan isi hatinya ke warga Ragunan, Selasa.

"Kalau saya ini sabar, wong jowo itu sabar. Tapi sabar itu tidak identik dengan lemah, sabar itu harus didasarkan pada ketegasan," lanjutnya.

Curahan hati ini disertai 'kuliah' Djarot ke warga soal demokrasi. Ia memberitahu warga bahwa pilkada adalah hal yang menyenangkan dan harusnya tidak membuat khawatir atau tegang. Ia meminta warga tidak takut dan menakut-nakuti.

Apalagi intimidasi dan pemaksaan kehendak. Ia meminta warga menyuarakan nuraninya, baik yang suka maupun tidak, pada 15 Februari nanti dari bilik tempat pemungutan suara (TPS).

Djarot sempat berkelakar, bagi warga yang tak suka dengan pasangannya, Ahok, karena gaya bicaranya, bisa mencoblos maupun mencolok mulut Ahok nanti.

"Nek wong jowo ngeten ngomonge (Kalau orang jawa begini ngomongnya), yen wani ojo wedi-wedi, yen wedi ojo wani-wani (kalau berani jangan takut-takut, kalau takut jangan berani-berani). Saya ini wani, makanya enggak punya rasa takut. Karena benar, karena ikhlas, niat kami baik, tidak mau menyakiti saudara sendiri," ujar Djarot.

Keberanian Djarot ini, ditunjukkannya dengan beberapa kali menemui dan mengajak bicara pendemo yang menolak kehadirannya. Massa penolak memiliki agenda sama, menolak pasangan Ahok-Djarot dengan menuding mereka sebagai penista agama. (Baca: Warga Pela Mampang Kesal terhadap Pendemo Djarot)

Mengganggu kampanye

Hingga kesekian kali aksi penolakan dan penghadangan terjadi kepada pasangan Ahok-Djarot, belum ada penindakan serius dari kepolisian yang mengawal maupun dari Bawaslu. Laporan Djarot soal penolakan di Kembangan akan jadi acuan penindakan terhadap penolakan.

Saat penolakan di Pela Mampang, Kapolsek Mampang Prapatan Kompol Safi'i mengatakan penanganan massa penolak adalah kewenangan Panwaslu. Sebanyak 50 personel yang diturunkan di Pela Mampang hanya menghalau demonstran yang mencoba menghadang Djarot. Ia mengatakan jika massa terus-terusan memaksa, ia akan menangkap mereka.

"Belum ranah pidana," ujarnya.

Adapun Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran Bawaslu Provinsi DKI Jakarta, Muhammad Jufri, mengatakan di lokasi, pihaknya hanya sekedar menyampaikan ke masyarakat untuk tidak menghalangi kampanye dan mengawasi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut di Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com