Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

JLNT Casablanca, Pengentas Kemacetan yang Tak Diminati Pengendara

Kompas.com - 27/07/2017, 17:19 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah hampir sepekan polisi melakukan penindakan di Jalan Layang Non Tol Kampung Melayu-Tanah Abang, angka pemotor yang melintas di jalan itu mulai menurun drastis.

"Sudah menurun banyak ya," kata Kasat Lantas Polres Metro Jakarta Selatan Edy Surasa kepada Kompas.com, Kamis (27/7/2017).

Edy mengatakan motor kini tak berani lagi melintasi jalan itu. Dengan kembalinya pemotor ke jalan biasa, otomatis menambah beban volume di Jalan Casablanca dan Jalan Prof DR Satrio.

Edy mengantisipasinya dengan menempatkan banyak petugas, terutama di sepanjang pusat keramaian dan ekonomi.

"Motor selama ini lewat atas untuk menghindari macet di bawah, ya di bawah memang banyak perkantoran, kami tempatkan di sepanjang jalan itu," ujarnya.

Macet di kedua jalan itu memang selama ini menjadi alasan pemotor memilih lewat atas dan memutar balik jika tujuannya ada di bawah jalan layang itu.

Pengamat transportasi Universitas Indonesia Ellen Tangkudung mengatakan macet akan tetap terjadi meski jalan layang tersebut difungsikan. Selain karena banyak tujuan pengendara ada di bawah jalan layang, jumlah kendaraan juga terus bertambah setiap harinya.

"Jadi bukan soal tidak efektifnya (jalan layang). Dia efektif kalau jumlah kendaraan enggak nambah. Nyatanya kan nambah akhirnya semua mengisi jalan," ujar Ellen dihubungi terpisah.

Ellen sepakat kemacetan disebabkan karena arus kendaraan keluar masuk gedung di Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Casablanca, dan Jalan Prof DR Satrio. Kendaraan pribadi dan kendaraan memilih lewat bawah alih-alih menaiki jalan layang. Namun bukan berarti jalan layang ini tak berguna.

Menurut Ellen, jalan ini tetap dibutuhkan bagi pengendara yang memang bepergian hingga akhir jalan layang.

"Saya pikir itu benar untuk orang yang jauh perjalanannya dari pada dia through traffic, langsung ke sana ya. Dan itu cukup membantu," katanya.

Menurut Ellen, kemacetan di kawasan itu hanya dapat dientaskan jika jumlah kendaraan berkurang. Ia melihat tidak banyak rekayasa yang bisa dilakukan polisi di kawasan itu.

Jalan layang Kampung Melayu-Tanah Abang membentang sepanjang 4,1 kilometer di dari barat ke timur. Arus kendaraan dari kedua arah itu menuju ke pusat di tengah.

"Casablanca itu barat-timur, ini tidak seperti Antasari selatan ke utara pagi hari dan sorenya sebaliknya, jadi sistem satu arah bisa dilakukan. Kalau casablanca saya lihat agak sulit jadi sampai saat ini belum lihat bisa dilakukan rekayasa lalu lintas," ujar Ellen.

Baca: Larangan Sepeda Motor Melintas di JLNT Casablanca Dinilai Tidak Tepat

Polisi melakukan razia sepeda motor yang nekat menerobos ke jalan layang non tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang, Jakarta, Selasa (25/7/2017). Pengendara motor masih nekat memasuki dan melintasi JLNT tersebut baik dari arah Tanah Abang maupun Kampung Melayu. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOKRISTIANTO PURNOMO Polisi melakukan razia sepeda motor yang nekat menerobos ke jalan layang non tol (JLNT) Kampung Melayu-Tanah Abang, Jakarta, Selasa (25/7/2017). Pengendara motor masih nekat memasuki dan melintasi JLNT tersebut baik dari arah Tanah Abang maupun Kampung Melayu. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Yang bisa dilakukan menurut Ellen, adalah memperbanyak transportasi massal di ruas itu. Saat ini, Transjakarta hanya mengoperasikan tiga feeder yang melintasi ruas jalan layang itu yakni 6C Stasiun Tebet-Patra Kuningan-Karet, 6D Stasiun Tebet-Underpass-Karet, dan 6E Stasiun Tebet-Rasuna Said-Karet.

Baca: Ini Alasan Pengendara Sepeda Motor Melintasi JLNT Casablanca

Tiga feeder itu pun tidak memiliki koridor dan harus bercampur dengan kendaraan pribadi. Ellen menyarankan Pemprov DKI Jakarta mencoba mengoperasikan lebih banyak feeder, bahkan menambah yang bisa lewat jalan layang. Dengan demikian, diharapkan banyak orang beralih ke kendaraan umum.

"Kalau bisa angkutan umum yang bisa lewat atas kalau memang tujuannya jauh. Ya mau nggak mau harus pemerintah yang menyiapkan supaya orang lihat kalau naik angkutan umum itu lebih cepat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Inikah Akhir Perjalanan Rosmini, Ibu Pengemis yang Marah-marah?

Megapolitan
DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

DJ East Blake Serahkan Diri ke Polisi Usai Sebar Video dan Foto Mesum Mantan Kekasih

Megapolitan
Maju Mundurnya Ridwan Kamil Untuk Pilkada DKI Jakarta...

Maju Mundurnya Ridwan Kamil Untuk Pilkada DKI Jakarta...

Megapolitan
Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak: Pelaku Rekan Kerja, Motif Ekonomi Jadi Alasan

Megapolitan
DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

DJ East Blake Ambil Foto dan Video Mesum Mantan Kekasih Diam-diam karena Sakit Hati Diputuskan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok: Tengah Malam Ini Berawan

Megapolitan
Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Saat Satpam Gereja di Pondok Aren Digigit Jarinya hingga Putus oleh Juru Parkir Liar…

Megapolitan
Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Teka-teki yang Belum Terungkap dari Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

[POPULER JABODETABEK] RM Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper | Brigadir RAT Bunuh Diri Saat Jadi Pengawal Bos Tambang, tapi Atasannya Tak Tahu

Megapolitan
Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Polisi Gerebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Wilayah Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com