Tak sampai di situ, OK OCE kembali disorot ketika anggota Komisi B DPRD DKI, Nur Afni Sajim, mengkritik gerakan OK OCE sebagai pelatihan yang berisi "cuap-cuap" semata.
"Saya bingung, ini aneh, ini pelatihan paling aneh yang pernah saya datangi. (OK OCE) ini pelatihan cuap-cuap, Pak. Saya kontrol betul di Jakarta Barat," kata Afni saat rapat di DPRD pada 9 Januari 2018.
Selain itu, politikus Partai Demokrat itu juga menilai, bunga yang ditetapkan untuk pinjaman modal peserta OK OCE terlalu tinggi.
Baca juga: OK OCE Ini Pelatihan Paling Aneh, Ini Pelatihan Cuap-cuap...
Bank DKI memasang bunga 13 persen untuk pinjaman modal, lebih tinggi dibandingkan dengan bunga pinjaman modal yang ditetapkan bank lain.
Sandiaga tak membatah "cuap-cuap" yang dikritik Afni. Kata dia, setiap pelatihan pasti selalu disampaikan dengan berbicara. Begitu juga dengan program OK OCE. Pelatih harus bercuap-cuap untuk memberikan contoh dan motivasi.
"Kalau program cuap-cuap, ya, pelatihan itu memang seperti itu," ujar Sandiaga.
Sandiaga meminta semua pihak menghargai kata-kata, seperti yang selalu disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Sebab, semua pekerjaan selalu berawal dari kata-kata.
Baca juga: Sandiaga: Kalau Program Cuap-cuap, Ya, Pelatihan Memang seperti Itu
Manfaat
Meski menuai berbagai kritikan, fakta di lapangan menunjukkan banyak dari warga DKI yang terbantu gerakan ini. Saban hari, terutama pada akhir pekan, banyak warga datang membawa barang jualan mereka ingin mendaftar agar bisa mendapat konseling gratis.
Mereka pulang dengan ide usaha dan langkah mengembangkannya.
Esti Ginting, misalnya, manager di perusahaan ekspedisi yang kemudian memutuskan berhenti bekerja lalu fokus menjadi ibu rumah tangga sambil menjalankan usaha.
Esti sebelumnya hanya mengeluarkan modal Rp 50.000 dan kemudian menjual sosis solo yang dikreasikannya.
Setelah mendapat pengetahuan dari pelatihan OKE OCE, bisnis Esti bertambah dan mulai naik menjadi bisnis boks makanan.
Baca juga: Cerita Mereka yang Terbantu Program OK OCE
"Modal saya 0 karena sistemnya pesan dulu, transfer, baru dibuatkan. Omzet awal Rp 4 juta, terakhir di Desember 2017 omzet saya sudah sampai Rp 13 juta, target saya di Januari ini Rp 15 juta," ujar Esti saat diwawancara pada 12 Januari 2018.