JAKARTA, KOMPAS.com - Namanya Mutia tetapi perempuan 55 tahun ini lebih akrab disapa Emak. Ia merupakan pemilik warung nasi Warung Ema Berkah di Rawabadak, Jakarta Utara.
Setiap hari, ibu tujuh anak itu menghabiskan waktu di warung yang terletak tak jauh dari Mapolres Metro Jakarta Utara di Rawabadak.
"Bukanya sih enggak tentu, kadang jam 6 pagi sampai jam 6 sore, kadang jam 7 sampai 7, sekuatnya ibu aja," kata Emak, Jumat (20/4/2018).
Ia menuturkan, dirinya sudah berjualan di tempat itu sejak 2003, tak lama setelah suaminya meninggal dunia. Dulu, warung tersebut dikelola sang suami sementara Emak membuka warung kelontong di rumahnya.
"Tahun 79 awalnya Bapak yang jualan di sini, keliling dagang soto sama lontong doang. Terus Bapak enggak ada, saya diminta anak-anak anggota (polisi) untuk bikin warteg-an," katanya.
Langganan Polisi
Emak berkisah, para anggota kepolisian menjadi langganannya sejak dulu. Kapolres setempat, kata dia, bahkan menjamin Emak dapat tenang berdagang di sana.
"Kata Kapolres, 'biarin aja, orang anak buah saya ngga ada kantin'. Ya sudah, akhirnya saya dipertahankan," kata Emak.
Lima belas tahun melayani para anggota polisi, sosok Emak mendapat tempat tersendiri di hati pelanggannya. Emak menuturkan, banyak mantan anggota Polres Jakarta Utara yang kembali mengunjungi warung tersebut saat mereka telah menjadi perwira tinggi.
Tak jarang, mereka mengadakan reuni kecil di warung Emak.
"Banyak yang ke sini, ada yang sudah gendut, mereka masih ingat. Kadang-kadang ke sini juga bawain oleh-oleh," ujar Emak.
Ia juga masih ingat ketika para polisi tersebut tidak punya uang dan terpaksa mengutang di warungnya.
"Kadang-kadang, 'Mak, bentar dulu ya saya lagi ada musibah,' ya sudah saya ikhlasin," kata Emak.
Namun, segala utang itu terbayar ketika para polisi itu telah menjadi sosok yang disegani. Banyak dari mereka yang tak bisa melupakan jasa-jasa Emak.
"Siapa dulu yang ngasih makan saya kalau lagi engga ada duit, cuma Emak doang yang ngasih hidup saya" kata Emak menirukan ucapan seorang pelanggannya.