JAKARTA, KOMPAS.com - Kursi wakil gubernur DKI Jakarta masih kosong setelah ditinggalkan Sandiaga Uno yang mengundurkan diri untuk maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2019.
Partai pengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gerindra, belum juga menentukan dua nama kandidat wagub baru.
Kedua pihak baru menyepakati kursi wagub milik PKS. Mereka juga sepakat akan menggelar uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) untuk memilih dua kandidat wagub.
Namun, persepsi kedua pihak soal fit and proper test rupanya berbeda.
Ketua Dewan Syariah PKS DKI Jakarta Abdurrahman Suhaimi mengatakan, sejak awal, PKS DKI memahami fit and proper test sebagai perkenalan kandidat wagub yang diusulkan PKS kepada Gerindra, bukan untuk menyeleksi calon.
Baca juga: Surati Gerindra, PKS Beri 2 Nama Cawagub DKI yang Mereka Usung
Saat wacana fit and proper test muncul, lanjut Suhaimi, Gerindra menyebut hal itu sebagai obrolan internal antara kandidat wagub PKS dengan Gerindra DKI.
Oleh karenanya, Ketua DPW PKS DKI Jakarta Syakir Purnomo saat itu langsung menyetujui rencana fit and proper test.
"Disampaikan waktu itu, orang kita ngobrol saja begitu, internal saja, makanya oleh Pak Syakir langsung sambut. Tapi kalau fit and proper sampai kepada pembatalan (cawagub), terus nanti kalau enggak lulus, ada yang maju lagi, ya itu agak berbeda persepsi," ujar Suhaimi, Rabu (28/11/2018).
Karena perbedaan persepsi itu, PKS DKI akhirnya mengundang Gerindra DKI bertemu pada 4 Desember 2018.
Pertemuan itu dilakukan untuk menyamakan persepsi pemilihan dua kandidat wagub DKI, termasuk mekanisme fit and proper test.
"Kami berharap setelah tanggal 4 itu banyak hal yang bisa di-clear-kan. Menyamakan persepsi, mengungkapkan unek-unek, menyampaikan saran dan kritik," kata Suhaimi.
Baca juga: PKS Tak Ingin Fit and Proper Test Cawagub DKI Gugurkan Calonnya
Kata Gerindra
Wakil Ketua DPD Gerindra DKI Jakarta Syarif mengakui, Ketua Gerindra DKI Mohamad Taufik pernah menyampaikan soal obrolan santai dalam fit and proper test. Namun, Syarif menyebut bukan berarti fit and proper test hanya berupa perkenalan dan obrolan.
"Pak Taufik waktu tanggal 5 November mengatakan ngobrol santai, perkenalan, saya enggak bantah ada pernyataan itu. Tapi, yang dimaksud fit proper itu enggak begitu juga," kata Syarif.
Fit and proper test, lanjut dia, harus digelar sebagaimana lazimnya tes tersebut. Ada kriteria dan bobot nilai yang harus dipenuhi kedua kandidat wagub yang nantinya akan dipilih oleh DPRD DKI Jakarta.