"Saya asli Tasikmalaya. Merantau ke Jakarta waktu itu diajakin teman. Dia juga yang ngajarin saya solder panci. Alhamdullillah sampai sekarang saya bersyukur masih betah kerja begini," tutur Soleh sambil tersenyum.
Di tengah perbincangan, mata Soleh berkelana jauh memikirkan sesuatu.
Ia kemudian mengingat cita-cita masa mudanya untuk mempunyai usaha. Soleh rupanya ingin menjadi pedagang.
"Dulu saya punya cita-cita punya usaha. Memang pernah waktu muda saya jualan minyak sayur, jualan perabotan, tapi makin lama harga-harga naik, saya sudah enggak mampu berjualan lagi. Modalnya jadi besar," ucapnya.
Saat itu ia merantau dari Tasikmalaya ke Cikampek dan Tangerang untuk berdagang.
Namun sekitar tahun 1997 ketika Indonesia mengalami krisis moneter, ia terpaksa tak lagi berdagang dan kembali pulang kampung.
"Di Tasik kerjaan saya hanya nyangkul di sawah orang gitu. Terus setelah menikah, istri bilang coba ke cari kerja ke Jakarta," kisahnya.
Baca juga: Cerita Agus Tak Bisa Tidur Usai Cukur Rambut SBY...
Pria kelahiran tahun 1974 ini tinggal seorang diri di Jakarta sejak tahun 2004. Soleh mengontrak di daerah Pinang Ranti. Istri dan ketiga anaknya menetap di Tasikmalaya.
Impiannya sederhana, bisa mengajak keluarganya berkunjung ke Jakarta. Lantaran selama ini baru satu anaknya yang bisa berkunjung dan diajak jalan-jalan di Jakarta.
"Kalau rezeki lancar mah penginnya ngajakin keluarga ke sini. Apalagi anak yang kedua kelas tiga SD suka nanya 'bapak kapan ajak aku ke Jakarta' ?" ujar Soleh meniru ucapan putrinya.
Soleh sering kali merasa sedih karena tak bisa penuhi keinginan dan permintaan anak-anaknya.
Padahal, ia sendiri jarang bertemu anaknya karena terpisahkan jarak. Soleh hanya bisa balik ke Tasikmalaya jika idul fitri tiba.
"Baliknya setahun sekali. Itu saja harus menabung. Sedih saya neng kalau engga bisa penuhin apa yang anak minta," tuturnya dengan suara bergetar.
Baca juga: Kisah Sumi, Puluhan Tahun Berkeliling Jadi Pedagang Sayur Gendong
Jangankan memenuhi keinginan anaknya, Soleh mengungkapkan kadang ia harus rela tak makan jika pemasukan sedang kering.
Ia pun terpaksa harus berbohong kepada istrinya yang sering menanyakan kondisinya via telepon.
"Istri kan suka nanya 'sudah makan belum?' Saya jawabnya selalu sudah. Padahal kadang enggak makan. Yang penting mereka enggak khawatir," kata dia dengan logat Sunda yang kental.
Setiap kali bersujud dan berdoa kala tunaikan ibadah shalat, harapannya selalu sama. Ia hanya berharap anak-anaknya bisa sukses dan memiliki hidup yang berkecukupan.
"Semoga mereka sukses, jangan kayak saya. Harus lebih biar nanti semua yang mereka butuh bisa terpenuhi," tutupnya sembari tersenyum.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.