Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka Para Kader Jumantik, Cek Puluhan Rumah hingga Ditolak Warga

Kompas.com - 12/03/2019, 20:24 WIB
Tatang Guritno,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingginya jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Tegal Alur, Jakarta Barat tak membuat para kader juru pemantau jentik (jumantik) lelah dalam memberi imbauan pada masyarakat.

Data dari Pemkot Jakarta Barat mengungkapkan, dari 122 pasien DBD di Kecamatan Kalideres, 75 di antaranya merupakan warga Kelurahan Tegal Alur.

Saat ditemui Kompas.com pada Selasa (12/3/2019), koordinator kader jumantik RW 5 Kelurahan Tegal Alur Ida (55) menceritakan suka dukanya menjalankan pekerjaan tersebut.

"Sukanya adalah menambah relasi, karena jadi kenal warga satu RW. Selain itu juga ada kesenangan tersendiri bisa memberikan penyuluhan pada warga tentang bahaya DBD, ya seperti menebar kebaikan lah," kata Ida.

Baca juga: Jumlah Penderita DBD Meningkat, Warga Diimbau Tidak Tolak Kedatangan Jumantik

Meski begitu, tak jarang ia juga mendapat penolakan dari warga. Terkadang dalam melaksanakan tugasnya, ia tak langsung mendapatkan respons positif dari masyarakat.

"Kami permisi ke rumah warga kadang yang keluar pembantunya, yang punya rumah tidur dan enggan mempersilakan kami masuk," cerita Ida.

Hal serupa juga dialami kader jumantik lain bernama Dian (50). Dalam prosesnya, sering kali masyarakat menolak kader jumantik karena malu.

"Kadang mereka malu kalau kami lihat ke dalam rumah atau toiletnya. Jadi nolak. Tapi, ya kami punya strategi, takut-takutin saja. Saya bilang kalau kader jumantik enggak boleh masuk nanti yang ke sini petugas kelurahan sendiri. Malah makin malu kan," ujarnya.

Markonah (60), kader jumantik yang juga menjadi rekan Dian mengungkapkan, jentik nyamuk terkadang sudah ada pada air tanah warga dari tong.

"Kadang jentik nyamuk sudah ada sejak di dalam tong, warga sering kelupaan untuk melakukan pengecekan," sebutnya.

Waktu kerja

Ida mengatakan, kader jumantik kebanyakan adalah ibu rumah tangga dan bekerja setiap hari Rabu dan Jumat.

"Setiap Rabu dan Jumat kami punya target sesuai dengan jumlah rumah di RT masing-masing. Awalnya dari kelurahan cuma ada satu petugas jumantik tiap RT, tapi karena jumlah rumahnya banyak akhirnya ditambah jadi dua petugas sekarang," terangnya.

Baca juga: Pakai Kostum Unik, Kader Jumantik hingga Satpol PP Keliling Kampung Kampanyekan PSN 3M

Ida mengatakan, upah menjadi seorang kader jumantik tak banyak. Petugas kelurahan memberi upah Rp 2.000 untuk setiap rumah yang dikunjungi.

"Ya meski upahnya enggak sebanding dengan tenaga yang kami keluarin, tapi saya tetap senang saja melaksanakan tugas ini," celetuk Ida.

Dian bercerita setiap bekerja, setidaknya ia harus melakukan pengecekan ke 50 rumah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com