JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Seksi Pemeliharaan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum membenarkan pihaknya sengaja mengosongkan Waduk Pluit yang kini terlihat dangkal.
Ika memastikan pengosongan yang dilakukan telah sesuai prosedur.
"(Lapisan sedimen yang terlihat) itu hal yang wajar karena kita lagi tidak hujan. Ini cuacanya mendung dan sewaktu-waktu bisa hujan. SOP-nya, kita harus memaksimalkan waduk dalam kondisi kering," ujar Ika melalui keterangan tertulis, Selasa (11/6/2019).
Baca juga: Menteri Susi Singgung Kondisi Waduk Pluit, Ini Jawaban Pemprov DKI
"Kenapa? Kalau tiba-tiba terjadi hujan, (Waduk Pluit) bisa menampungnya," katanya.
Sembari mengosongkan waduk, pihaknya mengeruk sedimen yang ada agar kapasitas waduk cukup besar ketika harus menampung hujan.
Selain itu, pihaknya juga melakukan proses pengepokan terhadap lapisan sedimen yang dilaksanakan sejak akhir April.
Baca juga: Air Waduk Pluit Menyusut, Bau Busuk Pun Muncul
Pihaknya juga telah mengerahkan enam unit eskavator amfibi dan rencananya akan ditambah jumlahnya menjadi 13 unit untuk memaksimalkan pengepokan sedimen di kawasan Waduk Pluit.
Adapun, metode pengepokan dilakukan dengan cara mengeruk secara estafet menuju pinggir waduk untuk selanjutnya diangkat maupun dibentuk menjadi tanggul.
Pengerjaan ditargetkan dapat rampung dalam empat bulan ke depan.
Baca juga: Polisi Rilis Sketsa Jenazah Perempuan Tanpa Identitas di Waduk Pluit, Ini Ciri-cirinya
"Kami sudah kerjakan (pengepokan) mulai akhir April. Oktober ditargetkan sudah selesai. Sedimen pun (terlihat hanya) di muaranya, dekat pompa ke arah laut," ujar Ika.
Namun, proses pemeliharaan Waduk Pluit melalui pengepokan sempat mengalami kendala karena masa libur lebaran dan musim kemarau.
Dengan wilayah waduk yang cukup luas, alat-alat yang digunakan untuk mengangkut hasil pengerukan tidak bisa langsung dibawa ke pinggir waduk.
Baca juga: Cari Identitas Wanita Tewas di Waduk Pluit, Polisi Imbau Keluarga Melapor
Upaya pengepokan terus dilakukan agar dapat menampung air hingga berada pada ketinggian maksimal 3 meter (Top Water Level).
Di sisi lain, sepuluh pompa air yang terdapat di Waduk Pluit terus bekerja untuk mengalirkan air waduk ke laut dan menjaga permukaan air waduk di bawah 1,9 meter dari ketinggian normal, sehingga tinggi muka air dikondisikan dalam kondisi surut sebagai upaya persiapan musim hujan.
Adapun, permukaan sedimen yang terlihat saat ini adalah sedimen saat kondisi Low Water Level.
Baca juga: Petugas Akui Kesulitan Angkut Eceng Gondok dari Waduk Pluit
Jarak tinggi muka air saat ini sampai dengan batas atas tanggul dijaga sekitar 4,9 meter, sehingga kapasitas waduk cukup besar untuk menampung tambahan air setelah hujan maupun luapan sungai dari hulu.
Waduk Pluit merupakan waduk pengendali banjir utama untuk mengatasi banjir di DKI Jakarta, seluas 80 hektar, dengan catchment area 2.400 hektar.
Sebelumnya, permukaan air di Waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, menyusut.
Baca juga: Sandiaga Ungkap Kendala Revitalisasi Waduk Pluit
Pada Senin (10/6/2019) siang, tinggi muka air di waduk itu jauh di bawah garis pembatas waduk.
Endapan lumpur yang membentuk pulau-pulau kecil di tengah-tengah waduk terlihat jelas. Di atas pulau-pulau kecil tampak tumpukan-tumpukan sampah.
Tumpukan-tumpukan sampah itu menebar bau busuk, terutama ketika angin mulai berhembus.
Baca juga: Menteri Susi Singgung Kondisi Waduk Pluit, Ini Jawaban Pemprov DKI
Kondisi pendangkalan waduk Pluit itu mendapat perhatian Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti.
Lewat akun Twitter-nya @susipudjiastuti, Susi me-repost sebuah postingan tentang kondisi Waduk Pluit pada Senin siang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.