Masalah lain pun kembali muncul. Statusnya sebagai keturunan Tionghoa membuatnya sempat jadi keraguan warga untuk memilihnya di dapil X, Jakarta Barat. Bahkan beberapa warga sempat menyebut dia kafir dan tidak pantas memimpin.
"Saya jadi kafir itu saya enggak bisa milih. Kalau Tuhan kasih saya pilihan lahir sebagai kafir saya enggak mau pilih lahir di Indonesia. Saya minta lahir di Amerika, di Hongkong. Tapi hari ini saya lahir di Indoensia, yang Anda bilang kafir ini bisa menolong Anda juga kan," ucap dia.
Pada akhirnya, persoalan ini menjadi angin lalu. Buktinya dia berhasil menang di Dapil X dengan perolehan suara 21.870.
Memperlancar birokrasi jadi fokus jangka pendek Hardiyanto setelah dilantik sebagai anggota DPRD DKI. Dia menilai berbelit-belitnya birokrasi menyulitkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan.
"Saya janjikan warga tidak kesulitan dalam masalah adminsitrasi. Seperti misalnya kita bantu ada ibu lahiran tapi enggak punya uang, bayinya ditahan di rumah sakit. Kalau ada ijazah anak ditahan karena belum bayar sekolah saya perlancar birokrasi agar bisa terbayar. Kalau masalah uang jangan minta sama saya, tapi masalah birokrasi ini yang akan saya bantu," ujar dia.
Tidak hanya itu, dia menjanjikan akan mencari solusi untuk mendaur ulang sampah yang ada di Jakarta. Apalagi jumlah sampah di Jakarta makin menumpuk dan tempat penampungan yang ada pun telah melebihi kapasitas.
Baca juga: Syahrial dari PDI-P, Jadi Anggota Tertua DPRD DKI Periode 2019 - 2024
Selama ini, citra korup sering dilekatkan kepada anggota legislatif. Melihat hal itu, Hardiyanto menilai semua itu kembali kepada masing-masing.
"Bagi saya politik adalah sesuatu yang netral. Mungkin sebagian orang menilai politik sebagai sesuatu yang jahat. Bagi saya tergantung kitanya. Kita mau jadikan politik ini putih atau hitam, jangan abu abu. Mau baik atau buruk itu tergantung orangnya," terang dia.
Dia berharap kinerjanya lima tahun ke depan tidak mengecewakan warga Jakarta, khususnya pemilihnya di Jakarta Barat. Dia pun mewanti-wanti dirinya sendiri agar tidak tersandung kasus korupsi.
"Ya lurus-lurus saja jadi pejabat, ngapain sih main–main (korupsi). Kita minoritas bos, kalau ketangkep KPK wah kan malunya minta ampun," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.