Iya, dia pas tahu aku bikin seremoni gitu, aku diketawain.
(Kata papa), 'Kamu enggak akan menang kalau kayak gitu. Coba kamu hitung, kalau sebulan kamu cuma ketemu 250 orang, kamu kampanye sembilan bulan, kamu ketemu sekitar 3.000 orang, sedangkan kamu butuh paling enggak suara berapa, sekitar 10.000. Jadi kamu coba kalkulasi, sehari itu harus ketemu berapa banyak. Sehari paling enggak ketemunya, kalau satu titiknya aja 20 orang, ketemu 10 titik, paling enggak 200-250.'
Oh jadi kita yang penting itu kita hitung jumlah face to face-nya. Di situ aku mulai belajar.
Apakah papa bantu turun kampanye?
Iya. Aku sebenarnya enggak mau dia turun karena aku tuh enggak mau terkenal sebagai anaknya Zulkifli Hasan. Aku tuh enggak mau karena banyak orang itu stigmanya udah negatif kalau tahu kayak gitu. Karena selama ini aku jadi pendidik juga itu image aku sendiri.
Tapi ya enggak bisa dimungkiri, ada momen-momen yang masyarakat kita tuh seneng kalau ada ketum PAN, kan dia lebih terkenal dari aku kan. Apalagi kader PAN kita. Beda gitu kalau misalnya anak baru sama ketumnya yang datang itu beda.
Baca juga: Anggota Baru Belum Dilantik, Anggota DPRD Tak Bisa Ambil Keputusan Strategis
Jadi di ending, ketika udah puncaknya itu kan memang jumlah massa sudah banyak, itu dia ikut bantu kampanye. Tapi di awal-awal enggak. Ya paling totalnya tiga kali.
Apakah Anda ikut proses seleksi dari awal caleg online PAN?
Iya, semuanya, enggak boleh bolos. Mas Eko (Ketua DPW PAN DKI Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio) tuh dia enggak peduli, kita mau anak siapa.
Kata dia, 'Pokoknya peduli amat deh.' karena dia juga ngetop gitu loh, maksudnya kita enggak bisa sok-sok-an juga, orang ketua kita juga lebih ngetop.
Jadi semuanya ikut proses, pelatihan, submit CV, interview, background check, semuanya itu kita ikuti.
Apakah Anda merasa terbebani dengan sosok Pak Zulhas?
Iya hehe, bukannya merasa beruntung, malah merasa terbebani, gitu. Semua tagline berita itu anak ketua MPR gitu, maksud aku, itu membuat aku jadi di-bully sih gitu hehe.
Pastinya ya itu akan ngebikin aku di-bully di sana (DPRD DKI), karena kayak, 'Siapa lo, lo cuma anak MPR,' apa segala macam.
Ya tapi aku pengin ngebuktiin, aku tuh lebih dari itu. Ya Bapak aku, ya Bapak aku, ya aku, aku. Ya dia hebat, ya aku juga bisa, insya Allah bisa. Ya bisa punya jalan aku sendirilah.
Baca juga: Cerita Putri Zulhas Masuk DPRD DKI, Bawa Harapan Guru PAUD dan Ditertawakan Sang Ayah