Bus transjakarta yang bermasalah bukan hanya merek Zhong Tong. Bus transjakarta merek Ankai dan Winchai buatan China juga berkarat.
PT Transjakarta, kata Ahok, hanya akan membeli bus dengan kualitasnya terbaik.
"Kami enggak main lagi bus yang merek 'Ahok' di Jakarta. Kami mainnya (bus merek) Mercedes-Benz, Scania, MAN, atau merek Jepang, Hino," kata Ahok, 20 Mei 2016.
Baca juga: 30 Unit Bus Zhong Tong Dikandangkan
Ahok pun mengganti bus transjakarta dengan merek asal Eropa. Merek bus yang digunakan adalah merek dunia yang memiliki agen tunggal di Jakarta, seperti Scania, Hino, dan Volvo.
"Tahun 1960-an bus kita semua Mercedes, masa sekarang pakai merek 'Ahok'. Itu namanya kemunduran," ujar Ahok pada 19 Oktober 2016.
Sejumlah bus merek Zhong Tong didatangkan dari China lewat jalur laut. Bus-bus milik operator Perum PPD tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada awal Desember 2016.
Direktur Utama Perum PPD Pande Putu Yasa menuturkan, bus-bus merek Zhong Tong itu merupakan hasil pengadaan dari lelang tahun 2013.
"Jadi itu bus tender lama, tetapi semua armadanya dipastikan baru. Total bus merek Zhong Tong yang kami beli ada 59 unit, dengan 28 unit yang sudah masuk di Jakarta, lima unit sudah dibawa ke pul, sisanya masih di pelabuhan," kata Pande pada 5 Desember 2016.
Baca juga: Transjakarta Kembali Operasikan Merek Zhong Tong, Bus asal China yang Pernah Disorot Ahok
Pande menjelaskan, realisasi pengadaan bus-bus tersebut mundur jauh dari jadwal yang seharusnya. Sebab, ada masalah keuangan di internal Perum PPD.
Pande meyakini armada yang datang pada 2016 memiliki kualitas yang jauh lebih baik dari bus pabrikan China sebelumnya.
"Mesin yang digunakan merek Doosan asal Korea dan persnelingnya buatan Jerman. Karoserinya saja yang dirakit di China. Jadi, soal kualitas, bisa diadulah," tutur Pande.
Kini, bus-bus merek Zhong Tong yang didatangkan pada akhir 2016 itu mulai dioperasikan.
Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transjakarta Nadia Diposanjoyo mengatakan, bus merek Zhong Tong dioperasikan untuk melaksanakan kontrak dengan Perum PPD.
"Pengoperasian bus ini adalah bentuk dari pelaksanaan kontrak tahun 2013," ujar Nadia, kemarin.
Nadia menyampaikan, saat itu PPD tidak bisa menyerahkan bus kepada PT Transjakarta pada waktu yang ditentukan. Kedua pihak pun berselisih dan membawa masalah itu ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).