JAKARTA, KOMPAS.com - Rencana pembangunan hotel di kawasan Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, dikritik DPRD DKI Jakarta.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta M. Taufik mengatakan, sebaiknya Pemprov DKI membatalkan rencana pembangunan hotel tersebut.
"Mau namanya apa terserah, pokoknya ada tempat menginap yang saya kira itu kurang menarik bagi masyarakat. Sudah enggak usah ada hotel di situ," ucap Taufik saat rapat pembahasan APBD 2020 dalam rapat Badan Anggaran (Banggar) di DPRD DKI, Rabu (27/11/2019).
Baca juga: Ini Fasilitas Wisma Berbasis Hotel Bintang Empat di TIM yang Jadi Polemik
Selain Taufik, sejumlah anggota Dewan juga mempertanyakan hal yang sama.
Anggota DPRD DKI dari PDI-P, Gembong Warsono meminta PT Jakpro dan Pemprov DKI untuk membatalkan pembangunan hotel itu.
"Kita harus kembalikan marwah TIM sebagai pusat budaya, maka hal-hal yang berbau bisnis harus disingkirkan," ucap Gembong.
Menurut Gembong, penggunaan istilah wisma yang dipakai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan disinyalir untuk menutupi proyek hotel.
Baca juga: Jakpro Klaim Rencana Pembangunan Hotel di TIM Hasil Rembukan
"Wisma itu kan untuk ngapusi kita semua, hakikatnya hotel yang akan dimanfaatkan. Jadi jangan coba-coba kita dibohongi terus-terusan," kata Gembong.
Anggaran PMD Jakpro dipangkas
Ketua Banggar DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi juga menyoroti rencana pembangunan hotel di kawasan TIM itu.
"Memang ada ya Jakpro merencanakan pembangunan hotel di situ?" tanya Prasetyo.
Usai perdebatan panjang, akhirnya DPRD setuju untuk memangkas anggaran revitalisasi TIM sebesar Rp 400 Miliar dari usulan awal Rp 600 Miliar menjadi Rp 200 Miliar.
Hal ini berdampak pada dana Penyertaan Modal Daerah (PMD) yang disetujui untuk Jakpro mengalami pemangkasan dari Rp 3,106 triliun menjadi Rp 2,706 triliun.
"Ini saya putuskan Jakpro ya. Mungkin saya kurang puas, tapi sebagai hakim saya putuskan (dana PMD) Jakpro Rp 2,706 triliun ya," ujar Pras.
Baca juga: Hotel Dibangun di TIM, Anies: Agar Seniman dari Luar Bisa Tinggal di Kompleks TIM
Ditolak seniman
Para seniman di TIM sebelumnya menentang program revitalisasi TIM, khususnya terkait rencana pembangunan hotel di kawasan itu.
Perwakilan seniman TIM Radhar Panca Dahana menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara budaya dengan membangun hotel.
"Taman Ismail Marzuki ini adalah rumah kita. Kita harus pertahankan. Bagaimana hubungannya, membangun kebudayaan dengan membangun hotel bintang lima di TIM ini? Sedangkal itukah pemahaman tentang kesenian dan kebudayaan?" ujar Radhar dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas.com, Senin (25/11/2019).
Baca juga: Seniman Tolak Rencana Pembangunan Hotel Bintang Lima di Kawasan TIM
Radhar mengatakan, seniman akan melawan jika ruang kebudayaan dimanfaatkan secara komersil.
"Yang terjadi sekarang adalah assanisasi terhadap kebudayaan. Terhadap ruang kesenian kita. Ya kalau begini, jangankan gubernur, presiden pun kita lawan," tuturnya.
Para seniman membuat pernyataan yang berisi penolakan pembangunan hotel di TIM termasuk pelibatan Jakpro.
"Menolak pelibatan Jakpro dalam mengurus atau mengembangkan seluruh fasilitas atau isi kompleks TIM. Jika revitalisasi dalam bentuk apa pun tidak melibatkan secara langsung pendapat dan atau kerja para seniman dan seniwati yang ada di dalamnya," ungkap Radhar.
Penjelasan Anies
Gubernur Anies Baswedan sebelumnya menjelaskan, pembangunan hotel dalam program revitalisasi TIM dirancang agar para seniman dari luar Jakarta bisa memiliki tempat menginap.
Menurut dia, revitalisasi TIM dilakukan untuk bisa menjadi pusat kegiatan kebudayaan baik di level nasional maupun internasional.
"Itu sebabnya mengapa di sini bukan saja tempat untuk performing art atau tempat pertemuan saja, tetapi juga ketika seniman dan budayawan dari berbagai tempat di dunia datang, mereka pun dapat tinggal di dalam wisma, tinggal di dalam komplek TIM," ujar Anies di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019).
Anies menyebut, tujuan Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi TIM agar tempat tersebut menciptakan ekosistem budaya termasuk seniman dari berbagai belahan dunia.
"Artinya akan banyak kegiatan yang berlangsung di sana. Karena itu lah ketika TIM dirancang itu dirancangnya sebagai satu tempat ekosistem kegiatan kebudayaan dan itu sudah hampir setahun lalu," kata dia.
Mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ini merasa cukup simpati karena selama ini ketika ada kegiatan, para seniman harus menginap di luar TIM.
"Dalam praktiknya selama ini kalau kita punya acara, mereka tinggal di hotel luar. Dengan adanya wisma, sama seperti wisma atlet kalau di Senayan untuk siapa? Tentu atlet yang berkegiatan di Senayan," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.