"Semenjak lulus SMA, saya punya mimpi untuk kuliah. Dan alhamdullilah, sekarang terkabul," ujar Bowo.
Ia membangun Bilik Pintar karena merasa punya utang budi yang harus dibayar kepada negara setelah istrinya, Asmonah yang biasa disapa Wati, mendapat bantuan biaya operasi persalinan dari Kementerian Kesehatan tahun 2008.
Bowo bercerita, persalinan anaknya yang bernama Obama membutuhkan biaya Rp 14 juta karena melalui operasi sesar. Saat itu di dompetnya hanya ada uang Rp 600 ribu.
Proses persalinannya yang mahal membuat Bowo pasrah. Namun, ia kemudian mendapat bantuan biaya operasi persalinan dari Kementerian Kesehatan.
“Ada orang dari Kementerian Kesehatan yang membantu kami membayar lunas semua biaya persalinan,” tambahnya.
Sebelum Bilpin terbentuk, Bowo pernah membuat lembaga serupa yang bernama Obama Edu Care (OEC) tahun 2009 bagi anak-anak pemulung. Namun, OEC tidak berjalan seperti harapan.
Niat baiknya itu terhenti satu tahun setelahnya karena adanya pegusuran tahun 2010 serta kurangnya pengajar yang berkompeten.
Pada 23 November 2013, dia bersama istrinya Wati, mulai membangun Bilik Pintar dan itu bisa tetap bertahan hingga sekarang.
"Banyak anak-anak para pemulung itu nggak sekolah. Tapi orangtuanya seperti kurang peduli. Padahal kami ingin mereka tidak bernasib sama seperti orangtuanya. Mereka berhak mendapat pendidikan juga," kata Wati.
Saat ini, Bilik Pintar menampung 45 anak mulai dari TK, SD, dan SMP.
"Pendidikan itu juga kunci agar kita bisa lolos dari kemiskinan. Kalau kita pintar, kita pasti akan dicari orang," kata Bowo.
Dalam pembangunan Bilik Pintar, Bowo mengumpulkan dana swadaya dan dana bantuan dari teman-temannya.
Bowo berharap, ia bisa membangun Bilpin di pemukiman kumuh lain di Jakarta, bahkan di kota-kota lain di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.